Belum reda asap mesiu pertempuran daring antara Kompasianer spesialis manga, Steven Chaniago, yang diduga masih keponakan dari koki 7 benua Robert Davis Chaniago, spesialis masakan Perancis dan Padang di filem Warkop, Pokoknya Beres (1983), dengan seorang kompasianer R, yang konon spesialis menulis hal-hal non-manga dan hal-hal non-sampah. Eh ternyata, sudah akan ada lagi perseteruan antara jenis tulisan lainnya di Kompasiana.
Adalah Kompasianer Felix Tani yang di Senin pagi yang cerah senyum di bibir merah ini tiba-tiba muring-muring sambil menunjuk-nunjuk artikel-artikel politrik (dan politips) di Kompasiana. Dalam dakwaannya yang sangat serius, Pak Felix Tani menyebut bahwa tulisan-tulisan politrik dan politips, yaitu artikel-artikel ragam trik, tip, cara, dan tutorial-lah yang kini meraja di Kompasiana, yang telah menjadikan Kompasiana ini menjadi medsos yang mengajarkan hal-hal serupa setiap waktu. Artikel-artikel politrik dan politips di Kompasiana, menurut Pak Felix, cenderung reproduktif, dan repetitif, bahkan sampai tingkatan tertentu, dangkal.
Tidak tahu saya, angin apa yang menyebabkan Pak sosiolog pertanian dan pedesaan ini begitu meradang. Panen jamur dermatofita yang gagal? Hujan berkah kere-war yang tak lagi melimpah?
Berbahayakah tulisan politips dan politrik bagi Kompasianer?
Bagi Kompasianer, tulisan politips dan politrik sudah jelas sangat bermanfaat. Arus utama Artikel Utama (AU) selama kurang lebih setahun terakhir sangat disesaki artikel-artikel politrik dan politips. Kompasianer Jepe-Jepe yang terkenal males nulis panjang misalnya, malah akhirnya bisa mendapat centrang biru setelah pada beberapa artikel terakhirnya sukses gemilang menembus deretan AU dengan memakai rumus yang satu ini: membuat tulisan politips dan politrik.
Bagaimana caranya dan tipsnya untuk mendapat serentetan AU lalu disusul centrang biru? Di bawah ini saya berikan tips dan caranya:
Pertama, temukan satu tema yang sedang aktual.Â
Kalau bingung tidak tahu apa yang aktual, sila lihat topik-topik pilihan yang sedang digadang editor dan admin Kompasiana.
Kedua, rumuskan masalah itu dengan tegas.Â
Definisikan 1 (satu) pertanyaan utama dalam tulisan Anda. Jangan mencla-mencle apalagi plonga-plongo, agar Anda tetap fokus.
Ketiga, jawablah pertanyaan yang Anda rumuskan itu dalam beberapa butir tips dan trik, minimum tiga.Â
Bahaslah setiap butirnya dalam 1 sampai 3 paragraf saja. Tidak perlu panjang-panjang, karena Jepe-Jepe yang males nulis panjang saja berhasil menembus AU tanpa berpanjang-panjang. Kalau pendek saja sudah kena sasaran, kenapa harus panjang?
Keempat, bubuhkan satu atau dua frasa atau kalimat baru dalam tulisan Anda agar tulisan Anda eksotis.Â
Kalau perlu kalimat atau frasa yang baru yang jarang terdengar. Tidak perlu istilah atau frasa dalam Bahasa Inggris. Kalau kurang menguasai Bahasa Inggris, silakan pakai bahasa Indonesia. Kalau kurang menguasai bahasa Inggris dan Indonesia, jangan ragu pakai istilah bahasa lain seperti Bahasa Perancis, Belanda atau Korea Selatan.
Siapa yang mengajari tips dan trik untuk mendapat AU lalu memeroleh centrang biru pada kompasianer Jepe-Jepe yang males nulis panjang itu? Siapa lagi kalau bukan Pak Felix Tani!
Tulisan-tulisan Pak Felix Tani pada hakekatnya adalah benar-benar tulisan-tulisan yang banyak menyiratkan pelajaran-pelajaran berharga dalam hidup, minimal dalam hidup ber-Kompasiana. Penuh tips, cara dan trik. Hanya saja Beliau tidak menulis tips-tips dan trik-trik atau tutorial-nya secara eksplit atau hurufiah dalam bentuk butir-butir seperti yang dilakukan oleh Kompasianer-Kompasianer akar rumput seperti Teman-teman sekalian atau saya.
Pak Felix Tani mengajar dengan cara 'berkenthur'. Apa itu?Â
Berkenthur adalah singkatan dari berkenthir sambil bertutur. Berkenthur, jangan sampai ketinggalan huruf 'r', adalah cara menuturkan gagasan, ide, filosofi, tips, dan cara, atau dengan kata lain tutorial lewat tulisan-tulisan kenthir. Â Sekali lagi, berkenthur, jangan lupa huruf 'r'.
Berkenthur dilakukan Pak Felix lewat tulisan-tulisannya humornya yang penuh perikop dan perumpamaan. Syarat membacanya: perlu hati yang gembira, pikiran yang terbuka, dan cinta tak bersyarat.
Bagaimana caranya memahami ajaran-ajaran Pak Felix? Nah untuk yang satu ini, sejuta politips dan politrik tidak akan mampu menjabarkannya. Hanya satu contoh, perumpamaan yang mampu menjelaskan. Begini:
Teman-teman pernah nonton Karate Kid (1984)? Di sana ada Daniel La Russo yang diperankan oleh actor ganteng Ralph Macchio yang memelajari karate yang diajarkan oleh master Miyagi yang diperankan oleh actor senior, Pat Morita.
Di satu adegannya, alih-alih mengajarkan ilmu karate, Master Miyagi malah meminta Daniel untuk mengecat pagar. Karuan saja Daniel marah-marah tidak mengerti. Lha wong niatnya belajar karate kok malah disuruh ngecat pagar? Namun pada akhirnya, Daniel menurut permintaan Master Miyagi untuk mengecat tembok. Di kemudian hari barulah Daniel alias Ralph Macchio mengerti kegunaan gerakan tangan mengecat pagar untuk keahlian karatenya. Semoga Teman-Teman Kompasianer mengerti perumpaaan ini.
Jika belum mengerti juga, maka minimal percayalah bahwa Pak Felix itu penampilan aslinya sangat mirip dengan Pat Morita yang bijaksana, tenang, berwibawa namun rendah hati.
Dalam pada itu, saya sendiri, Jepe-Jepe, yang males nulis panjang, sangatlah mirip dengan Ralph Macchio. Percayalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H