Persentase yang didapat di atas mengasumsikan bahwa vaksinasi COVID-19 efektif menghambat penularan. Jika efektifitas tersebut tidak setinggi yang diasumsikan, maka bisa kita perkirakan bahwa persentase masyarakat yang harus divaksinasi untuk dapat menghentikan penularan varian delta adalah di atas 87,5% (!).
Kedua, Jawa dan Bali bukan dua pulau yang terisolasi
Pulau Bali dan Jawa saat ini tercatat sebagai dua pulau dengan persentase vaksinasi COVID-19 tertinggi di Indonesia. Dalam wacana Menko Marves, di dua pulau inilah beliau menargetkan mencapai herd-immunity dalam dua bulan ke depan.Â
Jika herd immunity dapat tercapai di kedua pulau terpadat di nusantara itu, kita harus memperhitungkan juga bahwa pergerakan antar pulau di Indonesia maupun pergerakan internasional tidak sepenuhnya dapat dikontrol dengan kebijakan sertifikat vaksin atau hasil test COVID-19 yang negatif. Masyarakat yang tidak tervaksinasi di Jawa dan Bali tetap rentan penularan yang mungkin dibawa dari luar.Â
Melihat terbukanya arus mobilitas nasional maupun internasional, kita dapat memahami bahwa pencapaian herd-immunity di Jawa dan Bali, jika tercapai, nantinya tentu merupakan suatu titik pencapaian yang dinamis, bisa berubah hingga harus dipertahankan. Minimal vaksinasi di propinsi-propinsi di luar kedua pulau itu dan pengontrolan arus pergerakan manusia terkait COVID-19 harus terus berjalan dengan intensitas tinggi.
Ketiga, gembar-gembor herd immunity dan bumerang penumpang gratis (free riders)
Penumpang gratis alias free riders adalah suatu fenomena yang terjadi di seluruh dunia dalam kasus vaksinasi. Para penumpang gratis adalah orang-orang yang menolak mendapat vaksinasi namun pada suatu saat akan ikut menikmati bebasnya komunitas dari pandemi karena telah terjadi herd immunity.
Terlalu banyak mengembar-gemborkan akan atau telah terjadi pencapaian herd immunity bisa menimbulkan efek bumerang. Mereka yang menolak vaksinasi akan merasa bahwa tanpa mereka mendapat vaksinasi pun mereka tak akan pernah tertular.Â
Efek bumerang akan terjadi saat orang yang berpikiran sama akan bertambah banyak. Pada akhirnya hal ini justru akan menimbulkan resistensi terhadap program vaksinasi itu sendiri.
Penumpang gratis tidak hanya terkait penolakan atas vaksinasi. Masyarakat dan aparat pemerintah yang abai dengan segala strategi prokes melawan pandemi juga masuk dalam kategori penumpang gratis.Â
Mereka yang enggan menggunakan masker, mereka yang nyantai kumpul-kumpul ngeriung, menghadiri pernikahan pemengaruh medsos yang tersohor seantero jagad, mengadakan Rakor dan Kunker yang mengumpulkan massa di kala pandemi maupun memberlakukan WFO padahal bukan di sektor esensial jelas adalah free rider, penumpang gratis.