Menghadapi sifat variatif dan independen arah tembakan penalti seorang eksekutor, maka sebaiknya seorang kiper juga memvariasikan arah loncatannya. Ia menyarankan agar kiper memvariasikan arah loncatannya dengan sekitar 60% meloncat ke arah sisi alamiah sang penendang.Â
Artinya menghadapi penendang berkaki kanan, seorang kiper sebaiknya menerapkan 60% loncatan ke sisi kanan (dari perspektif kiper) dan sisa 40% ke sisi kiri. Dengan melompat ke kiri, Donnarumma misalnya sedang mengambil 40%-kansnya untuk memblok tendangan Morata yang biasa menendang dengan kaki kanan.
Sebaliknya menghadapi penendang kidal, sebaiknya kiper menerapkan 60% loncatannnya ke arah kiri (dari si kiper).
Kembali pada pertanyaan awal: apakah seorang kiper butuh kertas contekan alias kebetan seperti pada kasus kiper Jerman, Jens Lehman?
Entah apa isinya dan siapa yang menyiapkan contekan itu. Yang jelas apa yang terjadi pada Lehman jelas suatu kebetulan.Â
Alih-alih mencari kebetan dalam rangka menghadapi tendangan penalti, adalah lebih penting buat seorang kiper mempelajari ilmu ekonomi, terutama game theory.
Atau PSSI berminat memulai dengan memakai pendekatan ilmiah untuk memperbaiki kualitas timnas Indonesia?
- Jakarta, Minggu pagi 4 Juli 2021, sebelum nyarap -Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H