Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Babad Tanah Kompasiana dalam Sebuah Roman

27 Juni 2021   10:31 Diperbarui: 27 Juni 2021   11:24 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman Karya Kompasianer MJK (dokpri)

Sebut saja misalnya tokoh Tante Ming yang jelita dan berkulit teramat putih bak pualam namun penuh tipu daya keji, Mas Ukik yang cerdik, Baginda Raja Armanda Armand yang bijaksana, Panembahan Jati yang setia dan pemberani, Ki Ageng Bain Batman penguasa planet kenthir yang disegani, Putri Biyan Biyanca yang kenes menggoda, Bunda Fitri Manalu yang welas asih, Miss Seneng Tami Zen yang rupawan penuh muslihat, Panglima Super Aji yang gagah, atau Panglima Gatot Gaza si bocah ajaib yang sekujur tubuhnya keras bak baja kecuali bagian vitalnya.

Raja Adi sendiri bisa diperkirakan diinspirasi oleh Kompasianer kontroversial bernama sama yang di lapaknya menyebut cita-cita luhurnya menjadi penulis untuk majalah Life. Sang tokoh pamungkas roman ini yaitu Sayidin Panotogomo sangat mungkin diilhami oleh seorang Kompasianer yang bermukim di Timur Tengah yang sangat sering berseteru dengan seorang Kompasianer lainnya yang tinggal di Jerman.

Membaca Sayidin Panotogomo akan membawa kita pada alur cerita yang cepat a la roman Ayu Utami namun lugas dengan konflik politik dan percintaan yang dipenuhi duel kesaktian a la S. H. Mintardja dalam versi yang nyeleneh. 

Berbagai kejadian yang terjadi pada masa yang paralel maupun lampau dan setiap tokoh yang memiliki relasi historis satu sama lain yang saling terkait, membuat rangkaian kisah yang dibangun begitu menjejaring. Harus diakui kekuatan Kompasianer MJK yang tekun dan jeli dalam membangun semesta narasi dari kepingan-kepingan yang akhirnya terbangun penuh di bagian akhir. 

Akhirnya satu kalimat pepatah adiluhung mampu menyimpulkan suatu pesan moral yang tak akan lekang oleh waktu dari roman nyentrik ini:

Menungsa ingkang sejati ing urip, sangkan paraning dumadhi. Sakti waskita, weruh sak durung winarah.

Manusia yang sejati, dalam hidupnya akan ingat dari mana ia berasal dan ke mana menuju. Kebijakannya akan memberi pengetahuan sebelum segala sesuatu terjadi.

Raja Adi yang sakti tidak menggunakan kebijaksanaannya untuk mengekang ambisi ambisinya yang tidak teratur. Hal yang membuatnya hancur luluh lantak sebelum sempat bertobat.

-Jakarta minggu pagi, 27 juni 2021-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun