Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Memaknai Kekalahan Timnas Indonesia dengan Filosofi Real Betis

8 Juni 2021   09:02 Diperbarui: 8 Juni 2021   18:16 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekalahan itu menyesakan. Kekalahan itu terasa amat menyakitkan terutama saat kita sangat berharap mencapai kemenangan. "Ambyar" alias luluh lantak hati ini kalau boleh meminjam istilah our godfather of broken heart, alm. Didi Kempot.   

Kekalahan tim nasional sepak bola Indonesia 0-4 dari kesebelasan Viet Nam terasa tajam menusuk hati. Selepas pertandingan itu, jam 2.24 dini hari tadi, seorang sohib Kompasianer terkemuka yang tidak saya sebutkan namanya sampai menulis permintaan terakhirnya (sebelum tidur) di grup perpesanan agar tidak ada lagi yang membahas pertandingan tersebut sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Bagaimana seharusnya kita memaknai kekalahan? 

Menurut Steven Covey, penulis buku the 7 Habits of Highly Effective People yang terbit dan laris bak tahu goreng dadakan di tahun 1989 sampai hari ini, reaksi kita terhadap suatu hal atau kejadian dalam hidup adalah pilihan. Ingin misuh-misuh, ingin mutung, ingin terus maju? Semua adalah pilihan.

Tim sepak bola Spanyol, Real Betis Balompie menawarkan filosofinya yang disebut manquepierda sebagai salah satu cara memaknai lalu mengambil sikap saat kekalahan terjadi pada tim tersebut.  

Real Betis, bukanlah tim yang sering menang seperti Real Madrid, Barcelona, Atletico Madrid ataupun tim sekotanya, Sevilla FC. Real Betis bukanlah tim yang mengantungi banyak gelar juara dalam sejarahnya. Sebaliknya Betis justru mendapat julukan tim "ascensor" alias kesebelasan lift karena seringnya naik/turun dari dan ke divisi kedua dan divisi utama liga Spanyol. 

Ajaibnya, menurut Barba (2018), Real Betis berada di peringkat ketiga dari seluruh klub di Spanyol dalam hal jumlah pendukung berkartu anggota atau socios abonados (54 000 ) dan jumlah perkumpulan pendukung yang resmi alias penas (477 perkumpulan dengan 16 di antaranya di Spanyol).

Filosofi kekalahan yang disebut manquepierda itulah yang justru menjadi magnet klub berkostum hijau putih (verdiblanco) dari kota Sevilla di Andalucia ini begitu dicintai dan populer. Mengutip kembali tulisan saya yang HL alias AU di Kompasiana di tahun 2012, secara kasar manquepierda berarti "walaupun kalah".

Ada tiga hal yang bisa digali dari filosofi kekalahan manquepierda ini.

Pertama, meneruskan "walaupun kalah..." 

Walaupun kalah, lalu apa? Silakan kita lanjutkan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun