Ada dua peristiwa terkait sepeda sebagai salah satu moda yang sedang digalakan untuk dipakai di DKI Jakarta.Â
Pertama adalah peristiwa di mana para atlet balap sepeda amatir pada suatu saat menguasai ruas jalan raya di salah satu jalan utama di Jakarta yang menyebabkan amarah dari seorang pengendara sepeda motor.Â
Saking esmosehnya, seperti dilaporkan di Kompas (30/5/2021), sang pengendara motor itu sampai mengacungkan jari tengahnya ke arah peloton para pesepeda tersebut.Â
Kedua adalah saat pemprov DKI Jakarta pada awal bulan Juni ini mewacanakan untuk membuat jalur khusus untuk dipakai sepeda jenis road bike pada hari Sabtu Minggu pagi pada ruas jalan non-toll Kampung Melayu - Tanah Abang (Kompas, 2 Juni 2021) setelah sebelumnya pada bulan Maret 2021 mengizinkan para pesepeda untuk membawa sepedanya itu ke dalam gerbong MRT dan LRT.Â
Dari dua peristiwa itu, ada dua hal yang nampak berbenturan walau sebenarnya sangat berkaitan: pertama,  penganakemasan moda sepeda para dan kedua, para pesepeda yang tidak tahu aturan.Â
Untuk melihat keterbenturan dan keterkaitan keduanya, ada baiknya kita lihat satu-satu.
Pertama, penganakemasan moda sepeda.
Moda sepeda tidak ayal lagi adalah moda yang penting untuk didukung popularitas penggunaannya di kota-kota besar seperti di DKI. Sifatnya yang bertenaga ote-ote alias otot manusia membuat sepeda menjadi moda yang sangat ramah lingkungan karena tidak menimbulkan emisi gas buang sama sekali.
Adalah suatu inisiatif yang teramat baik bahwa Gubernur DKI, Anies Baswedan sejak awal jabatannya sangat memfasilitasi pengecetan beberapa ruas jalan utama di Jakarta untuk menandai lajur yang hanya bisa dilalui oleh moda roda dua tak bermotor ini.Â
Lebih lanjut lagi, sejak beberapa bulan terakhir, Pemprov DKI juga bahwa menempatkan blok-blok beton untuk melindungi lajur sepeda di  kawasan jalan Thamrin - Sudirman.