Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Kolonial 19: Diesel Kok Jadi Solar?

30 Mei 2021   17:44 Diperbarui: 31 Mei 2021   09:30 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangki BBM diesel di truck (flickr.com)

Minyak solar seperti yang didefinisikan di atas jelas masuk dalam ke dalam definisi BBM untuk mesin diesel yang kita kenal sekarang. Misalnya kepadatan relatif sekitar 0.89, flash point atau suhu penguapan antara 52 dan 96 derajat celcius dan nilai kalorifik sekitar 45,5 MJ per kg.

Ketiga, yang mengherankan istilah-istilah minyak solar tersebut sudah muncul di berbagai dokumen sepanjang abad ke-19, misalnya Iron: an illustrated weekly journal volume 37 terbitan 1842 menyebut istilah "minyak solar", padahal Rudolf Diesel, insinyur mesin Jerman, baru menemukan mesin diesel pada penghujung abad-19, tepatnya pada tahun 1893 (!)

Berarti minyak solar muncul terlebih dahulu daripada mesin diesel. Untuk apa minyak solar dipakai sepanjang abad ke-19? Untuk lampu!

Lampu Argand (1780) yang beberapa modelnya disebut lampu matahari atau lampu solar (sumber: timetoast.com)
Lampu Argand (1780) yang beberapa modelnya disebut lampu matahari atau lampu solar (sumber: timetoast.com)

 Adalah lampu argand yang dirancang oleh ilmuwan Swiss, Aime Argand pada tahun 1780 yang menggunakan minyak sebagai bahan bakar yang ditempatkan pada wadah yang letaknya lebih tinggi dari sumbu lampu. Pada awalnya lampu argand ini dinyalakan dengan menggunakan minyak-minyak yang dibuat dari lemak hewan atau minyak nabati seperti minyak colza, minyak kacang atau minyak zaitun.

Pada awal abad ke-19 munculah suatu tipe dari lampu argand yang disebut sebagai lampu (minyak) "matahari" atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai "solar lamp" atau "solar oil lamp". 

Penggunaan nama "solar" atau "matahari"diperkirakan untuk menunjukan bahwa lampu-lampu minyak model ini memiliki terang yang jauh lebih besar intensitasnya dibandingkan dengan lampu-lampu argand yang lain atau "seterang matahari".

Mechanics' Magazine and Journal of Science, Arts, and Manufacturers vol. 34 terbitan (1841) menyebut nama Jeremiah Bynner di Birmingham, Inggris sebagai orang pertama yang mematenkan lampu "Solar Lamp" pada tahun 1837. Di Amerika Serikat, model "Solar Lamp" lainnya dipatenkan oleh pada tahun 1843 oleh Robert Cornelius. Dinglers Polytechnisches Journal, Volume 80 menyebut bahwa lampu-lampu "Solar lamp" tersebut menggunakan "minyak solar".

Dengan demikian jelas bahwa satu kemungkinan mengapa minyak dengan karakteristik seperti minyak bbm diesel yang kita kenal dewasa ini mendapatkan julukan solar karena pada awal dan pertengahan abad ke-18 dipakai untuk menyalakan lampu yang bernama lampu matahari alias "solar lamp".

Kemungkinan lain adalah bahwa penggunaan minyak hasil penyulingan minyak bumi tersebut memang menyebabkan nyala yang jauh lebih terang pada lampu-lampu minyak (argand) dibandingkan dengan  minyak nabati atau minyak hewani.

Di kemudian hari dan sampai hari ini, minyak (lampu) solar tersebut memang dipakai pada kendaraan bermotor diesel. Memang kebetulan bahwa istilah solarolie atau solaarolie atau minyak (BBM) diesel diserap ke Bahasa Indonesia dari bahasa Belanda dan dipakai sampai sekarang. Di Belanda sendiri minyak solar disebut minyak diesel alias dieselolie atau gasolie seperti di tempat-tempat lain di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun