Dalam suatu webinar berbahasa Inggris tentang bahan bakar minyak (BBM) yang saya ikuti beberapa hari yang lalu, ada seorang pembicara asal Indonesia yang berulang kali menyebut "solar fuel" sebagai BBM yang dipakai oleh kendaraan berat yaitu truk dan bus, di negara kita.
Sampai akhirnya ada seorang panelis asal Australia yang menginterupsi dan bertanya, dalam bahasa Inggris, "apa benar truk dan bus di Indonesia digerakan dengan tenaga matahari?"
Uy..uy..uy.. saya baru sadar bahwa telah terjadi kesalahan peng-inggris-an dari sang pemakalah asal Indonesia. Entah sengaja atau tidak, beliau menerjemahkan BBM mesin diesel yang kita kenal sebagai "solar" menjadi "solar fuel".
Sementara si penanya orang Ostrali pun jadi garuk-garuk kepala, lantaran kata "solar" dalam bahasa Inggris memang adalah kata sifat yang berarti segala sesuatu yang terkait dengan matahari atau surya, sepertinya misalnya solar panel atau panel tenaga surya. Kata sifat ini sendiri berasal dari kata sifat solaris dalam bahasa latin yang salah satu bentuk kata bendanya adalah sol yang artinya matahari.
Namun demikian, seakan sudah sejak kekal atau sejak sepanjang segala abad kita manusia di bumi nusantara ini menyebut bbm untuk mesin diesel sebagai bbm solar.Â
Apa hubungannya bbm diesel dengan matahari?
Istilah BBM atau minyak solar ternyata adalah istilah peninggalan penjajah Belanda yaitu solarolie atau solaarolie. Pada sebuah tulisannya di tahun 2015, Bapak Dr. Gustaaf Kusno, kompasianer ahli bahasa asing yang saya kagumi pernah mengungkap perihal kata serapan tersebut. Namun begitu, beliau belum menyingkap rahasia hubungan antara bbm diesel dengan matahari.Â
Hal inilah yang akan saya paparkan dalam beberapa paragraf berikut agar kita tidak penasaran seperti arwah:
Pertama, istilah minyak solar tidak hanya dipakai di Indonesia atau Belanda (pada masa lampau). lewat pencarian google, saya menemukan bahwa selain dalam bahasa Belanda (solarolie atau solaarolie), istilah minyak solar juga populer dipakai di masa lalu dalam berbagai bahasa antara lain Rusia (solyarka), Arab Mesir (solaar), Inggris (solar oil), Ibrani (solar), Mongolia (soliark), Jerman (solarol), Norwegia (solarolje)dan lain-lain. Meskipun banyak padanannya di bahasa-bahasa lain, namun istilah 'minyak solar' yang masih aktif dipakai di masa kini untuk merujuk pada bbm mesin diesel hanyalah dalam bahasa Indonesia.
Kedua, berbagai kata 'minyak solar' dalam berbagai bahasa di atas ternyata merujuk pada suatu jenis atau produk hasil penyulingan tertentu minyak mentah yang pada masa lampau dipakai dalam berbagai bahasa. Dinglers Polytechnisches Journal, Volume 80, Polytechnische Gesellschaft Berlin menyebut bahwa "minyak solar, dideskripsikan dalam buku-buku di abad ke-19 sebagai suatu produk atau hasil penyulingan minyak yang memiliki kepadatan relatif tidak lebih dari 0.88, suhu penguapan (flash point) antara 80 sampai dengan 100 derajat celcius dan nilai kalorifik minimum 10,000 kilo kalori per kg (41,8 MJ per kg)."