Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Calon Suami Mau Nyebokin Anak? Papa Tipe Penguin Vs Singa Laut

8 Februari 2021   15:22 Diperbarui: 7 Juni 2021   04:29 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Singa laut California vs Penguin Kaisar (Sumber: montase Wikimedia)

Iklan-iklan yang terkait dengan kehidupan keluarga baru, pada umumnya menampilkan pencintraan yang sangat indah. Iklan asuransi jiwa atau tabungan pendidikan misalnya akan menampilkan ayah, ibu yang tersenyum dan anak-anak yang terlihat ceria. Iklan rumah atau kredit kendaraan bermotor mungkin akan menampilkan figure ayah yang professional dan sukses, ibu yang lincah dan ramah dan anak-anak yang aktif dan gembira.

Tapi ibarat permadani, di balik permukaannya indah ada benang-benang yang centang perenang tak karuan. Di balik senyum bahagia suatu keluarga tentu ada kerja keras, masa-masa suram, keseharian yang membosankan maupun segala detil maupun rutinitas yang merepotkan dan menyebalkan.

Kenyataan seperti ini tentu sudah diperhitungkan oleh mereka yang ingin menikah. Sifat-sifat suami harusnya sudah bisa terbaca sejak masa pertemanan atau masa pacaran. Akankah calon suami nantinya mau terlibat untuk mengurus hal-hal rumah tangga yang sepintas lalu remeh temeh, bisa jadi sangat menentukan kebahagiaan bersama sebagai suatu keluarga.

Banyak istri yang di kemudian hari mengeluh bahwa suaminya tidak pernah mau ikut terlibat mengurus tetek bengek urusan rumah. Lebih parah lagi adalah jika hal ini menimbulkan ketegangan atau percecokan yang berkepanjangan.

Berdasarkan seberapa jauh keikutsertaan suami dalam mengurus segala pernak-pernik, petingsring kehidupan sehari-hari, penulis ingin membagi dua tipe suami yaitu yaitu papa penguin dan papa singa laut.

Pertama, papa penguin.

Dalam keluarga penguin, penguin kaisar (aptenodytes forsteri) jantan terkenal akan sifatnya yang terlibat penuh dan menjaga dan mengurus anak-anak penguin sampai mereka bisa mandiri. Tidak hanya itu, penguin kaisar jantanlah yang mengerami telur-telur penguin sampai mereka menetas.

Papa penguin adalah tipe suami atau ayah yang sejak pernikahan tidak ragu untuk mengurus segala detil rumah sampai yang paling sepele. Memasak, mencuci baju, mengosek kamar mandi, berbelanja, mencuci dan mengelap piring, dan lain-lain. 

Dengan lahirnya bayi putra atau putri yang menggemaskan, sang papa penguin akan sigap untuk ikut bergadang di malam, menimang-nimang si jabang bayi yang mungkin menangis di tengah malam menggantikan sang istri yang mungkin sudah terlelap kelelahan. Papa penguin juga akan tanpa ragu mengganti pampers, menceboki atau membersihkan e'ek atau pipis sang anak, memandikan, menitah mengajar berjalan dan seterusnya.

Bersuamikan papa penguin, tentu istri akan sangat terbantu dan tidak merasa sendirian dalam membesarkan anak. Anak-anak pun akan sangat merasakan kehadiran figure ayah yang mendampingi dan menemani selama mereka tumbuh berkembang.

Tantangan terbesar bagi papa penguin tentu adalah membagi perhatian, tenaga, dan waktu antara keluarga dan pekerjaan. Keselarasan akan bisa terjaga jika istri dan anak yang sudah mendapatkan perhatian penuh dari papa penguin dapat juga memberikan waktu untuk sang ayah bekerja, beristirahat atau bahkan sedikit menjalankan kegiatan kesukaannya.

Kedua, papa singa laut.

Berkebalikan dengan penguin maka singa laut jantan terkenal sebagai ayah hewan yang tidak ikut sama sekali mengurus anak-anak singa laut. Menganggap seorang ayah sebagai papa singa laut mungkin terlalu ekstrim, karena seekor singa laut mungkin tidak menyanyangi anaknya sementara seorang ayah, setidak peduli apapun selayaknya tetap memiliki rasa sayang pada anak-anaknya.

Namun demikian, dalam kehidupan sehari-hari memang bisa kita temui tipe ayah yang tidak ikut dalam mengurus detil urusan rumah tangga. Tidak pernah ke dapur, tidak pernah mengambil jemuran, tertidur pulas saat di tengah malam istri yang baru melahirkan harus mengendong, menimang-nimang sang jabang bayi dan seterusnya.

Resiko terbesar bersuamikan papa singa laut adalah kemungkinan bahwa istri akan merasa sendirian dalam mengurus rumah dan mendidik anak. Anak-anak bisa jadi akan kehilangan figur ayah dalam masa tumbuh kembangnya.

Satu keuntungan dari tipe papa singa laut mungkin adalah karir. Seyogyanya, seorang ayah yang memainkan tipe papa singa laut akan punya waktu  dan tenaga yang sangat banyak untuk dapat fokus pada pekerjaan dan dirinya. Kelelahan istri dan kekurangan perhatian untuk anak dan keluarga boleh jadi terkompensasi dengan materi.

Tipe papa apa yang sebaiknya dipilih?

Pada dasarnya tidak ada satu tipe yang lebih baik dari yang lain. Perspektif calon suami dan calon istri tentu harus bersesuaian untuk dapat memainkan peran yang satu atau yang lain.  

Pertama, laki-laki mungkin tidak bisa memilih tipe mana yang ingin ia mainkan. Ajaran budaya, pendidikan di rumahnya, pengalaman di keluarga yang membesarkannya, adat-istiadat, agama atau kepercayaan akan mempengaruhi sifat seseorang dan itu membentuknya tanpa disadari. Figur suami atau ayah macam apa yang akan diperankannya dalam rumah tangga yang akan dibentuknya sudah terpatri di alam bawah sadar.

Kedua, seorang gadis atau calon istri tentu juga memiliki anggapan ideal tentang suami dan keluarga macam apa yang ingin dimilikinya di kemudian hari. Seorang gadis bisa saja mengangankan bahwa hidup berkeluarga adalah pengabdian atau pengorbanan yang harus dijalani sebagai kodrat seorang perempuan. Dalam hal ini bersuamikan seorang ayah bertipe papa singa laut adalah dambaan. 

Namun demikian ada juga perempuan yang memimpikan keluarga yang lebih emansipatif di mana tugas ayah atau suami tidak hanya mencari materi tapi lebih lagi adalah bersama mendidik anak dan membangun keluarga. Lagi-lagi, adat-istiadat, budaya, kepercayaan, pendidikan dan pengalaman hidup sangat mempengaruhi perspektif sang calon mempelai perempuan.

Akhirnya yang terpenting adalah komunikasi dan proses saling mengenal yang terjadi selama masa perkenalan atau proses berpacaran.

Bagaimana seorang perempuan bisa membaca arah calon suaminya akan menjadi seperti apa dan bagaimana seorang pria juga bisa memahami visi kekasihnya tentang model rumah tangga yang akan dibangun. Apakah calon suami atau istri sudah sesuai dengan impian, visi atau harapan masing-masing di saat berkeluarga nanti?

Jangan sampai terjadi mama pulang arisan lalu nyap-nyap karena pampers sang anak yang ditinggal seharian bersama papa singa laut-nya menjadi sudah penuh tak diganti!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun