Tantangan terbesar bagi papa penguin tentu adalah membagi perhatian, tenaga, dan waktu antara keluarga dan pekerjaan. Keselarasan akan bisa terjaga jika istri dan anak yang sudah mendapatkan perhatian penuh dari papa penguin dapat juga memberikan waktu untuk sang ayah bekerja, beristirahat atau bahkan sedikit menjalankan kegiatan kesukaannya.
Kedua, papa singa laut.
Berkebalikan dengan penguin maka singa laut jantan terkenal sebagai ayah hewan yang tidak ikut sama sekali mengurus anak-anak singa laut. Menganggap seorang ayah sebagai papa singa laut mungkin terlalu ekstrim, karena seekor singa laut mungkin tidak menyanyangi anaknya sementara seorang ayah, setidak peduli apapun selayaknya tetap memiliki rasa sayang pada anak-anaknya.
Namun demikian, dalam kehidupan sehari-hari memang bisa kita temui tipe ayah yang tidak ikut dalam mengurus detil urusan rumah tangga. Tidak pernah ke dapur, tidak pernah mengambil jemuran, tertidur pulas saat di tengah malam istri yang baru melahirkan harus mengendong, menimang-nimang sang jabang bayi dan seterusnya.
Resiko terbesar bersuamikan papa singa laut adalah kemungkinan bahwa istri akan merasa sendirian dalam mengurus rumah dan mendidik anak. Anak-anak bisa jadi akan kehilangan figur ayah dalam masa tumbuh kembangnya.
Satu keuntungan dari tipe papa singa laut mungkin adalah karir. Seyogyanya, seorang ayah yang memainkan tipe papa singa laut akan punya waktu  dan tenaga yang sangat banyak untuk dapat fokus pada pekerjaan dan dirinya. Kelelahan istri dan kekurangan perhatian untuk anak dan keluarga boleh jadi terkompensasi dengan materi.
Tipe papa apa yang sebaiknya dipilih?
Pada dasarnya tidak ada satu tipe yang lebih baik dari yang lain. Perspektif calon suami dan calon istri tentu harus bersesuaian untuk dapat memainkan peran yang satu atau yang lain. Â
Pertama, laki-laki mungkin tidak bisa memilih tipe mana yang ingin ia mainkan. Ajaran budaya, pendidikan di rumahnya, pengalaman di keluarga yang membesarkannya, adat-istiadat, agama atau kepercayaan akan mempengaruhi sifat seseorang dan itu membentuknya tanpa disadari. Figur suami atau ayah macam apa yang akan diperankannya dalam rumah tangga yang akan dibentuknya sudah terpatri di alam bawah sadar.
Kedua, seorang gadis atau calon istri tentu juga memiliki anggapan ideal tentang suami dan keluarga macam apa yang ingin dimilikinya di kemudian hari. Seorang gadis bisa saja mengangankan bahwa hidup berkeluarga adalah pengabdian atau pengorbanan yang harus dijalani sebagai kodrat seorang perempuan. Dalam hal ini bersuamikan seorang ayah bertipe papa singa laut adalah dambaan.Â
Namun demikian ada juga perempuan yang memimpikan keluarga yang lebih emansipatif di mana tugas ayah atau suami tidak hanya mencari materi tapi lebih lagi adalah bersama mendidik anak dan membangun keluarga. Lagi-lagi, adat-istiadat, budaya, kepercayaan, pendidikan dan pengalaman hidup sangat mempengaruhi perspektif sang calon mempelai perempuan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!