Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Nulis di Kompasiana Aja Pakai Referensi? Gaya Amat!

5 Januari 2021   16:36 Diperbarui: 6 Januari 2021   21:57 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi referensi (dok pribadi)

Ada teman Kompasianer yang tanya ke saya "Kamu ngapain sih kalau nulis di Kompasiana aja pakai referensi? Gaya amat!" Ada juga yang berkomentar lewat japri demikian, "Ebusett sadis amat pake referensi segala?"

Mendengar semua kritikan tajam itu tentu saya hanya bisa mengelus perut. Perlu waktu sejenak dua jenak sebelum akhirnya saya menjawab,

"Sabar dulu Ki Sanak. Saya akan menjelaskan di suatu tulisan di Kompasiana, alasan mengapa saya suka membubuhkan referensi di tulisan saya."

Jadi pada kesempatan inilah saya akan menjelaskan tiga alasan mengapa saya suka memakai referensi di tulisan saya dan sedikit tips cara merefensi di Kompasiana.

Pertama: Untuk membiasakan diri berbudaya ilmiah

Ada satu trauma di saat saya masih belajar di mangkultas dahulu kala di sebuah negara asing. 

Saat itu saya diminta mem-presentasi-kan satu paper atau tugas tulisan ilmiah saya di depan teman-teman sekelas. 

Selesai presentasi, dosen saya langsung berkata, "Jepe, kamu tidak mencantumkan sama sekali referensi di tulisan ilmiah mu ini! Kamu itu menulis tugas ilmiah atau menulis artikel untuk majalah Playboy?"

Jederr!

Malu betul rasanya saat saya memandangi ke segala penjuru kelas di mana wajah-wajah teman-teman sekelas saya tampak tersenyum-senyum. Pertama, karena saya merasa bersalah tidak mencantumkan referensi sama sekali di tugas ilmiah saya itu dan kedua karena saya tidak tahu seperti apa itu majalah Playboy apalagi artikel-artikel di dalamnya.

Saat itu saya baru menyadari bahwa ternyata memang teman-teman sekelas saya di negara tersebut sudah sangat terbiasa mencantumkan referensi dalam setiap tugas yang mereka buat. Entah itu tugas ilmiah 1 paragraf atau tugas menulis 100 halaman, mereka akan setia mencantumkan referensi. 

Berbudaya ilmiah seperti itu yang saya pelajari dengan selalu mencari dan membuat referensi jika diperlukan dalam menulis. Kebiasan seperti ini di kemudian hari ternyata berpotensi membuat kita berpikir kritis, misalnya untuk selalu mempertanyakan kebenaran suatu informasi, suatu data, suatu argumen dan lain-lain yang sifat kebenarannya belum dapat diterima begitu saja (take it for granted).   

Kedua: untuk tidak menyebarkan kebohongan atau hoax

Hoax atau kebohongan dapat disebarkan lewat tulisan yang tidak di-moderasi secara ketat seperti di Kompasiana. Adalah kesadaran dari masing-masing penulis untuk menjamin kebenaran fakta, data, atau teori yang diungkapkan dalam tulisannya.

Menyinggung butir pertama, adalah kesadaran setiap penulis untuk menyajikan sumber data, fakta ataupun teori dalam tulisannya terutama yang menyangkut kebenaran yang sifatnya masih kontroversial atau tidak dapat diterima begitu saja.

Misalnya: di tulisannya kompasianer Jati Kumoro mengungkap bawa Rake Panangkaran dari kerajaan Medang (Mataram Kuna)-lah yang disebut sebagai Wisnu di prasasti Ligor yang ada di Thailand Selatan. Kang Jati mencantumkan berbagai referensi ilmiah untuk mendukung hipotesanya tersebut.

Contoh lain: jika saya ingin menulis bahwa salah satu alasan Kerajaan Medang tidak menguasai Selandia Baru adalah karena Kerajaan Medang tahu bahwa daratan Selandia Baru beriklim tandus, maka saya merasa wajib mencantumkan referensi. 

Misalnya tulisan-tulisan ilmiah dari antropolog, sejarawan, ataupun arkeolog yang membuktikan bahwa pernah ada ekspedisi kerajaan Medang ke Selandia Baru untuk meng-observasi kondisi lahan di sana. Tanpa menyertakan referensi maka tulisan saya tentang pengetahuan orang-orang Medang tentang Selandia Baru adalah bohong belaka.

Ketiga: untuk mencegah plagiarisme atau penjiplakan dan membangun argumen

Tulisan di Kompasiana sekali lagi tidaklah di-moderasi secara ketat. Adalah godaan tersendiri bagi Kompasianer untuk menulis suatu teori atau pendapat dengan cara menjiplak tulisan orang lain. Sepanjang bergabung dengan Kompasiana, penulis sendiri sudah tiga atau empat kali menemukan artikel-artikel jiplakan dari penulis lain atau terjemahan dari bahasa Inggris.

Dengan mencantumkan referensi, seorang penulis mengakui hasil karya penulis lain dan membangun argumen-argumennya dengan dasar sumber-sumber tersebut. 

Tentulah sumber-sumber yang dikutip harus bisa dipertanggungjawabkan, misalnya artikel di koran-koran mainstream atau media online yang sudah diakui, buku-buku atau jurnal-jurnal ilmiah, dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan institusi negara, data-data resmi yang diterbitkan lembaga statistik yang resmi dan sebagainya.

Bagaimana membuat referensi?

Ada berbagai cara membuat referensi. 

Tulisan ilmiah tentu bisa menggunakan metode-metode referensi seperti system Harvard, APA style dan lain-lainnya. Sistem-sistem ini pada umumnya akan mencantumkan nama pengarang dan tahun tulisan di sela-sela kalimat. 

Pada akhir tulisan ilmiah sang penulis akan menulis satu daftar referensi yang dipakai sepanjang tulisannya dengan data lengkap dari setiap referensi termasuk nama pengarang, judul, tahun, jurnal, halaman, penerbit, dan seterusnya. 

Tulisan di media arus utama seperti surat kabar cetak biasanya  tidak mencantumkan detil referensi-referensi yang dikutip. Di media ini penulis cukup menyebut sumber data atau teori misalnya dengan menulis "berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor pada tahun xxxx, diketahui bahwa..."

Mau pakai metode apa di Kompasiana? Ya terserah. 

Menggunakan metode tulisan ilmiah tentulah sangat baik karena memberi informasi tentang sumber penulisan secara mendetil. Menggunakan metode penulisan seperti di surat kabar tentu juga baik. 

Satu kemudahan untuk membuat referensi di kompasiana adalah adanya fitur "Insert Link" (control - k) bergambar rantai yang memungkinkan penulis untuk langsung menghubungkan isi tulisan dengan sumber atau referensi yang diacu.

Sudah kepanjangan tulisan saya kali ini. Saya mau cari tahu dulu Majalah Playbuoy itu seperti apa.

-sekian-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun