Kostum ini konon merupakan kostum yang dipakai oleh para terhukum atau narapidana pada masa inkuisisi, sekitar abad XV-XVII di Spanyol.Â
Pada masa itu, konon para terhukum diarak dan dipermalukan keliling kota sebelum dieksekusi. Lewat masa tersebut penggunaan kostum capirote selama Semana Santa merupakan perwujudan rasa penyesalan dan pertobatan dari mereka yang mengenakannya (para nazarenos).Â
Bagi para nazarenos, mengikuti prosesi Semana Santa merupakan sarana menjalani penitensi atau hukuman dari dosa-dosa dan mengharapkan pengampunan yang membuat mereka layak merayakan Paskah.Â
Para nazarenos anggota hermandad ini sehari-harinya adalah masyarakat awam biasa yang datang dari berbagai profesi (pedagang, pegawai negeri, swasta, guru, dan sebagainya). Mereka bertemu secara berkala tidak hanya untuk melakukan aktifitas keagamaan, namun juga sosial kemasyarakatan. Menjadi nazarenos seringkali merupakan tradisi keluarga turun-temurun dan menunjukan status sosial dari keluarga yang bersangkutan.
Partisipasi dalam pertobatan lewat prosesi tidak hanya dilakukan oleh para Nazarenos tapi juga oleh para Costaleros. Â Costaleros merupakan anggota hermandad bertubuh kekar yang dipilih untuk memikul Paso yang bisa berbobot ratusan kilogram.Â
Umumnya puluhan costalero disiapkan untuk satu prosesi di mana mereka akan bergiliran mengangkut paso dari gereja tempat mereka berasal sampai di Katedral di pusat kota sampai kembali lagi ke gereja asal. Proses pengangkatan paso oleh para costalero ini memerlukan latihan baris berbaris maupun pemikulan yang cukup lama agar paso dapat bergerak dengan mulus. Keserasian bermanuver para costalero diperlukan agar patung-patung kayu di atas paso yang umumnya berusia lebih dari 2 abad dan digolongkan sebagai benda-benda seni dan bersejarah tidak sampai jatuh terguling.Â
La Madrugada: Berjaga Bersama Yesus di Taman ZaitunÂ
Di Sevilla, prosesi Semana Santa akan mencapai puncaknya pada hari Jumat Agung (Viernes Santo)Â yang disebut sebagai la Madrugada yang berarti dinihari atau subuh. Di Indonesia, tradisi ini mungkin setara dengan tradisi tuguran di Gereja Katolik, yaitu berdoa atau bermeditasi lek-lekan menemani Yesus di Taman Zaitun.Â
Beberapa hermandad (misalnya Macarena dan Esperanza) akan keluar pada pukul 01.00 Jumat dinihari untuk mulai berprosesi. Prosesi Jumat Agung merupakan prosesi dengan suasana yang terkhidmat karena pada hari itulah direnungkan penderitaan Yesus yang dimulai dari doa dengan tangis darah, yang diikuti oleh kisah penangkapan di Taman Jaitun, pengadilan, penyiksaan sampai dengan peristiwa penyaliban yang berujung pada kematian yang dipercayai terjadi pada pukul 15.00 Jumat siang hari.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!