Fisioterapi di Indonesia sendiri sudah dirintis jauh sebelum itu, yaitu sejak jaman perang kemerdekaan. Di tahun 1945 Prof Soeharso mendirikan Rehabilitatie Centrum (RC) di Solo, Jawa Tengah. Pendirian RC saat itu didasari pemikiran untuk menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi terpadu di bawah satu atap untuk menangani penderita cacat tubuh akibat perang. Dari pemikiran itu pulalah Sekolah perawat Fisioterapi yang pertama di Indonesia berdiri pada tahun 1964 yang di kemudian hari berubah enjadi Akademi Fisioterapi sebagai satu kesatuan dan pendukung dari kegiatan rehabilitasi medis terpadu.
[caption id="attachment_328324" align="aligncenter" width="432" caption="Prof Mantana (Mahidol Univ. Thailand) Memperagakan Terapi untuk Bahu Kaku (dok. F.R. Suwarti)"]
Hari ini ada belasan akademi fisioterapi di Indonesia yang melahirkan tenaga-tenaga fisioterapis dengan jenjang pendidikan berorientasi terapan yaitu D3 dan D4. Dalam rangka pengembangan ilmu fisioterapi itu sendiri, lima perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia kini sudah menyelenggarakan jenjang strata 1 atau S1 yaitu: Universitas Indonusa Esa Unggul (Jakarta), Universitas Hasanuddin (Makasar), Universitas Udayana (Denpasar) dan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Malang. Satu-satunya jenjang paska sarjana (S2) fisioterapi sendiri saat ini baru diselenggarakan dalam suatu program kerjasama antara Universitas Indonusa Esa Unggul dan Universitas Udayana.
Demand yang tinggi
Permintaan akan tenaga medis fisioterapis di dunia saat ini sangat tinggi dan terkait dengan perkembangan gaya hidup masyarakat dunia dewasa ini, permintaan akan fisioterapis diperkirakan akan tetap tinggi sampai dengan dua atau tiga dekade ke depan.
Di Amerika Serikat misalnya, Bureau of Labour Statistics (BLS) memperkirakan kenaikan sebesar 36% antara 2012-2022 di negara tersebut yang berarti lebih cepat dari rata-rata kenaikan akan permintaan seluruh profesi di Amerika Serikat. Kanada juga memperkirakan bahwa mulai lima tahun ke depan kekurangan tenaga fisioterapis akan dialami negara tersebut. Penyakit-penyakit terkait dengan pola makan seperti diabetes, obesitas maupun yang terkait dengan penuaan merupakan beberapa faktor utama yang menyebabkan tingginya permintaan di negara-negara tersebut.
Bagaimana dengan kebutuhan fisioterapis di tanah air?
Dengan perbandingan ideal sebesar 1 fisioterapis per 1000 penduduk, maka Indonesia saat ini masih membutuhkan 14 ribu tenaga fisioterapis. Di satu sisi, dengan kapasitas pendidikan yang ada saat ini, yaitu 1000 fisioterapis baru per tahun maka jumlah itu baru akan tercapai dalam waktu 14 tahun ke depan (Kedaulatan Rakyat, 16/9/2012). Di sisi lain, di masa mendatang proporsi 1:1000 mungkin tidak akan lagi menjawab permasalahan yang ada mengingat masyarakat Indonesia pun mengalami evolusi dalam gaya hidup seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dalam skenario yang terakhir, akan sangat mungkin bahwa kebutuhan akan fisioterapis di tanah air akan lebih besar dari yang diperkirakan saat ini.
Selamat ulang tahun fisioterapis Indonesia!
n.b.:
penulis bukan fisioterapis tapi lahir dan besar di lingkungan keluarga fisioterapis. Koreksi atas tulisan ini dari rekan-rekan yang lebih berkompeten sangat dihargai.