Dalam dialektika saya seputar kasus ini, saya teringat akan sosok Bob Sadino. Pria berkumis dan berambut putih dengan senyumnya yang khas. Dan, jangan lupa akan celana pendek yang selalu menjadi ciri khasnya. Sikapnya yang eksentrik dan anti terhadap paradigma tenaga ahli, banyak-sedikitnya berpengaruh kepada saya.
Pernah suatu hari, beliau dikira tukang sampah. Saya rasa, sebagian pembaca sudah pernah mendengar kisahnya. Kisah tentang seorang Ibu yang sedang bersama anaknya, menunggu panggilan interview di halaman gedung kantor mliknya. Si anak ditegur Om Bob, karena membuang sampah sembarangan, ketika beliau sedang membersihkan halaman taman. Si ibu menceramahi anaknya sambil menyindir Om Bob, yang dikiranya tukang sampah. Si ibu baru tahu bahwa Om Bob adalah presdir di kantor tersebut, setelah seseorang karyawan memanggil Om Bob untuk meninjau hasil lamaran. Si ibu akhirnya ditolak. Si anak diceramahi agar tidak menilai seseorang dari penampilannya, agar selalu menghormati orang lain, siapapun dia. Cerita ini penuh kontroversi, dianggap irrelevan oleh sebagian pihak, namun tetap menarik.
Tidak hanya di suatu kisah. Bob Sadino pun menuturkan, bahwa beliau pernah diusir oleh pihak keamanan di gedung DPR/MPR. “Saya dituntut memakai celana panjang kalau mau masuk ke gedung rakyat itu. Oke, saya mau bertanya. Lebih baik mana, celana pendek tapi dibeli dengan uang sendiri atau celana panjang tetapi dibayar dengan uang rakyat? Ha-ha-ha,” kata Om Bob. (Baca Juga)
Saya rasa, para pembaca sudah bisa menarik kesimpulan dan benang merah dalam tulisan ini. Bahwa siapa saja berhak mendapat pelayanan birokrasi, tanpa melihat penampilannya. Toh, bapak pendiri bangsa seperti Sukarno, Sjahrir, Tan Malaka, Amir Sjariffudin juga pernah berpenampilan santai dan non-formal di tengah acara kenegaraan. (Baca Juga)
Jika sikap alat-alat negara sebagai representatif negara masih terlalu birokratif, pandang bulu, dan intoleran terhadap hal sepele, maka jangan heran, jika Bob Sadino dan orang-orang sepertinya, jauh lebih hebat dari negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H