"Ini Karto kayaknya yang baru dipanen jagungnya." Teriak Tarmo semangat. Segera Tarmo turun dari Motornya dan segera memetik jagung dengan penuh semangat. "Kok semangat banget  kamu Tarmo,  pagi ini ada apa?" Tanya Karto heran. "Anakku mau masuk sekolah perlu biaya banyak To!" Timpal Tarmo. "Masih perlu lima ratus ribu lagi To." Sambungnya lagi. Hari itu Tarmo begitu semangat,namun demikian bagi seorang Tarmo seorang buruh tani, uang  segitu harus jungkir balik mendapatkannya. Tengah hari ketika mau buka bontotnya karung Tarmo juga sudah terisi walau dengan jagung yang kurang baik namun harapan Tarmo terus memuncak untuk dapat uang lima ratus ribu. Segera Tarmo dan Karto mencari tempat teduh untuk menikmati makan siang seadanya demi  menambah tenaganya untuk leles kebun-kebun yang lebih jauh.  Â
"To besok kita gak campur dulu ya, aku ada kerja lain."  Kata Tarmo sambil makan. "Lho knapa Mo, kok gak mau campur?" Tanya Karto heran.  "Ada deehhh.. To." Jawab Tarmo singkat.  "Ok, besok saya mau ke rumah Tirto lah siapa tau ada  rejeki." Ungkap Karto mantap. Setelah menikmati bontotnya dan istirahat sejenak segera kedua buruh tani itu meluncur ke kebun yang dipikirnya sudah dipanen. Hari itu kedua buruh karib itu mendapat hasil yang cukup lumayan banyak.Â
"Kok sudah bangun jam segini Kang?" Tanya istrinya kepada Tarmo. "Iya ini mau  pergi cepat karena mau manen jagung orang Yah." Jawab karto sambil merapikan beberapa karung untuk ditaruh di motor bututnya. "Minum dulu kopi dan sarapannya Kang biar gak masuk angin ini masih sangat pagi lho."  Kata Wiyah memperingati. Tarmo segera menikmati kopi dan sarapan yang disediakan istrinya. Sejenak setelah menikmati kopi dan sarapan Tarmo segera menuju motor bututnya ditaruh kemudian dengan tergesa menuju kebun tanpa ditemani Karto. Motor Tarmo di arahkan ke kebun Boss Dikdo seorang yang kaya, karena punya beberapa gudang pupuk, toko pertanian, pekerja yang banyak, dan kebun di banyak tempat. Boss Dikdo bahkan menguasai beberapa tempat didaerahnya karena pintar dan duitnya sangat banyak. Bahkan jika ada kebun yang mau dijual pasti bisa dibeli oleh boss Dikdo. Dikdo juga kenal dekat dengan pejabat pemerintah daerah, dan disegani karena duitnya yang banyak. Kemarin ketika leles jagung bersama Karto Tarmo melihat jagungnya  Boss Dikdo tidak di panen jagung itu lebat banget sampai ada yang roboh bahkan ada buahnya yang jamuran. Pikir Tarmo jagung itu dilupakan atau sengaja tidak dipanen oleh Boss Dikdo karena sudah sangat banyak duitnya.Â
Tarmo dengan semangat memetik buah jagung yang lebat itu dengan semangat harapannya  bisa  cepat mendapatkan uang lima ratus ribu untuk biaya anaknya. Karena begitu semangatnya kira- kira jam sepuluh pagi 10 karung penuh sudah bisa didapatkan Tarmo. Tarmo segera menyiapkan motornya  untuk mengangkut jagungnya akan dijual  ke  gudangnya  Prapto.  Baru mau mengangkut satu karung besar tiba tiba datanglah  Wiryo dan Larno  pekerja Dikdo datang ke kebun untuk memanen jagung yang sudah  dipanen Tarmo. Wiryo dan Larno terkaget-kaget melihat Tarmo memanen jagung Boss Dikdo.  Â
" Weeehh!!... Tarmo kenapa kau maling  jagung Boss?!"  Bentak Wiryo. "Laahh.. !  siapa yang maling, aku hanya manen jagung, karena kupikir gak dipanen daripada busuk sia-sia jadi kupanen Wiryo!" Kata Tarmo tak kalah kerasnya. "Gak Tarmo kami berdua disuruh manen hari ini, nahhh!! . caramu ini kayak maling, Ok, kulaporkan kamu Tarmo!" Ancam Wiryo. "Laporkanlah aku gak maling aku Cuma manfaatkan jagung yang gak dipanen!" Tantang Wiryo.  Wiryo dan Larno  segera pulang ke gudangnya Boss Dikdo dan menceritakan semuas tentang apa yang dilakukan oleh  Tarmo. Boss Dikdo berencana umtuk memangil Tarmo saat itu juga. Saat itu Boss Dikdo sedang mengnndang  bereapa pejabat pemerintah juga perangkat desa setempat umtuk  makan siang dan sekedar ngopi bareng.
Tarmo segera dipanggil ke gudang Boss Dikdo yang sudah banyak dengan beberapa pejabat dan perangkat desa setempat. Tarmopun segera datang ke Gudang Boss Dikdo tanpa takut sedikitpun siang tengah hari itu. Oleh Wiryo Tarmo diajak ke ruang tamu tempat para kolega terhormat Boss Dikdo  berada diruang tengah tempat mereka akan menikmati makan siang bareng. Â