Mohon tunggu...
YULIANUS JOKO KRISTIANTO
YULIANUS JOKO KRISTIANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orang Tua Itu Ternyata Penunggu

5 Desember 2022   08:58 Diperbarui: 5 Desember 2022   10:38 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku memasuki rumah itu, yang kulihat   semua tampak tua, ukiran jati meja kursi  yang sudah tua, keramik juga keluaran lama, dan perabot perabot  juga tampak tua.  Kucoba hidupin lamp ,  menyala memang tapi cahayanya kuning tidak begitu terang. Kucoba ke arah dapur semua  ternyata sama  tampak tua,  kubuka lemari gantung ternyata ada botol-botol minuman yang indah ada yang masih  terisi namun juga ada yang kosong,  lalu k buka satu ruangan , tenyata sebuah kamar dan tampak tak terawat. Niatan hatiku tuk kebersihan tapi karena hari sudah sore dan badan yang letih dari kerja seharian, kupatahkan niat itu untuk istirahat saja, Saat itu ada niatan hatiku untuk tidak tidur dikamar, kusendiri tak tau kenapa ada rasa enggan untuk tidur dikamar.  

"Kira kira jam 6 sore aku coba untuk mandi, setelah kuarahkan ke langit-langit kamar  mandi terlihat sarang laba-laba , namun karena sifatku yang cuek, aku bisa menghalau pemandangan buruk dalam  kamar mandi pengap itu. Maka segera kuayuhkan gayungku untuk menggapai air, seingatku 3 gayung air sudah mengguyur  badanku, sekonyong-konyong ada pintu dibanting-banting dari kamar , secepat kilat aku ambil handuk untuk melihat apa yang terjadi tapi setelah kusampai di pintu tak terjadi apapun, lalu  ku melanjutkan mandiku sampai tuntas."

Hari pertama aku bermalam  di rumah   itu rasa lapar menyerangku , sekitar jam 7:30 malam kuputuskan untuk pergi keluar mencari makan  dan setelah  18 menit perjalanan menuju jalan besar kuputuskan untuk membeli nasi bungkus dan kemudian ku bawa pulang. Segera kunikmati nasi bungkus itu diruang makan rumah tua tersebut . Saat itu itu menjelang pukul  9 malam , selesai makan aku membaca buku  Conversatiom 1" bacaan pengantar tidurku, serasa kantuk ini begitu mendera sehingga tak kuat ku menolaknya , segera kubentangkan  kasur 1 X 2 meter dari kamar serta 1 bantal diruang tengah.  Ku  menjatuhkan diriku ke kasur itu sebagai akibat capeknya kerja,  dan penuhnya perut oleh nasi bungkus. Sesaat setelah  3 menitan  antara sadar dan tidak  sadar seolah ada seseorang melintas di samping aku tertidur sedang  menuju kamar lain yang terkunci, dengan segera aku terbangun dan menggedor-nggedor pintu itu, sambil bertanya, "Halo apakah ada orang dikamar!?"  ku gedor pakai kepalan tanganku berkali-kali namun tak ada jawaban.  Singkat cerita akupun kembali tertidur."

"Setelah esok paginya sebelum berangkat kerja aku segera kebersihan sebisanya di rumah tua itu, apapun yang kurang rapi ku rapikan. Setelah mandi  ku   segera berangkat menuju  gudang  tempatku kerja dengan naik bus kota. Perjalananku   mencapai tempat kerja memakan waktu kira kira  25 menitan, masih  terus dalam benakku bertanya-tanya , "Siapakah orang yang  nggedor-nggedor pintu ketika kumandi?, dan siapakah yang berjalan melintas ketika kumau tidur?,  pertanyaan-pertanyaan itu selalu menghampiriku terus"   "Setelah berkerja seharian akupun segera beberes untuk kembali pulang ke rumah tua itu, dalam benakku masih penuh dengan tanda tanya yang  selalu menghalau diriku. Sesampai di rumah tua kusegera membuka pintu dan langsung melakukan kegiatan , kuambil baju-baju kotorku, lalu kurendam di bak supaya paginya aku bisa mencucinya sebelum berangkat kerja . Segera kupilih baju-baju bersih   yang belum kugosok dari rumah tempat aku menumpang  sebelumnya. Meja gosok dan gosokan ada di kamar yang seyogyanya kamar itu adalah tempat tidurku, namun firasatku mengatakan lain supaya aku keluar dari kamar itu,  aku enggan untuk nggosok baju di kamar itu, segera kutarik meja gosokan itu dan aku memilih untuk nggosok baju di ruangan tengah. Setelah persiapan selesai segera kugosok bajuku, saat itu sekonyong-konyong ada sesorang keluar dari kamar tidur dari  tempat dimana aku ambil gosokan itu, orang itu seolah berlari menuju garasi, secepat kilat kukejar orang itu ke garasi,  segera ku hidupkan lampu garasi tak ada seorangpun kecuali tumpukan barang-barang bekas dipojok-pojok garasi, Kukembali untuk gosok pakaianku dengan  seratus gudang pertanyaan yang ada di kepalaku. Ku selesaikan gosokanku sampai agak malam, setelah ku mandi ku segera keluar untuk cari nasi bungkus pengisi perutku"

"Kunikmati masa-masa  pertama aku bekerja dan tinggal di rumah tua itu akhirnya tak terasa sudah 4 bulanan aku tinggal di rumah  itu, mendengar ku sudah dapat kerjaan, datanglah sepucuk surat bahwa Makku mau datang ke kota,  setelah seminggu tibanya surat itu akhirnya kujemputlah makku di teminal kota  dan  segera ku ajak ke rumah tua itu, malamnya  makku juga tidur bersamaku di ruangan tengah.. Menjelang pagi setelah persiapan seadanya aku pamitan sama Mak, "Mak aku pamit kerja, dirumah saja, gak usah kemana-mana kalau mau makan ada mie dan kue  didapur, masak saja sama sayuran itu mienya ,"  kataku.

"Menjelang selesai kerja ku langsung  menunggu bis kota tuk segera pulang, karena ada Mak di rumah , sesampai dijalan tempat aku berhenti kusempatkan tuk beli nasi bungkus supaya aku bisa makan bersama dirumah. Saat itu kira-kira pukul 7 malam Mak ku bilang,  "Prakoso, kamu carilah teman jangan sendirian disini,"   "Emang kenapa mak, saya harus  cari teman?"   "Di rumah ini ada orang tuanya, tadi Mak lihat orang tua itu jalan ke arah garasi,"  "Keluar dari mana Mak?"  kata Mak, " keluar dari kamar itu."   Saat itu juga Mak minta supaya besok di antar  pulang ke desa. Keesokan  harinya ku pamitan ke kepala gudang  tuk antar Mak ke terminal, dan setelah membelikan tiket, saya segera pamit untuk  kerja kembali.

"Ada seorang sopir bertanya kepadaku, "Prakoso, kok berani ya  kamu tinggal di rumah itu?,  dulu saya pernah  tunggu  juga rumah itu, waktu tidur gak tahu kenapa saya sudah ada di lantai,"  Lalu ada tukang yang bilang seperti itu  juga  bahwa dirinya pernah tidur dikamar itu lalu paginya sudah ada di lantai. Saat ada teman wanitaku mengunjungiku pada hari libur,  dia juga berkata  bahwa  aku  sebenarnya tidak sendirian,  'Di dapur itu ada orang tua lho Mas."  "Kok kamu tahu ada orang tua?" sahutku,  "Ketika aku ke kamar mandi , aku merinding mas, dan kulihat didapur ada orang tua  berdiri,"  Benakku selalu bertanya-tanya siapakah orang tua itu dan mengapa selalu sembunyi dariku?"  Karena pada dasarnya aku gak percaya akan hal-hal  yang bersifat mistis. Itulah yang membuatku bertahan lebih dari 4 tahun di rumah tua itu. Dalam benakku hanya terbersit bahwa aku  hanya menjalankan perintah dari bossku dan aku digaji setiap bulan  hanya  itu tak lebih. Suatu hari setelah pulang kerja ku segera mandi tuk mempersiapkan diri mau  ambil  kelas  conversation malam, lalu seolah-olah ada  sesorang yang menyelinap,  lalu kuberkata , " Tunjukan wajahmu  dan jangan bersembunyi kita selesaikan  petang ini!, siapapun kamu  jangan ganggu aku, dan aku tak kan ganggu kamu!"   Kutunggu 10 menit tidak ada jawaban."

Setelah kejadian petang itu untuk hari hari berikutnya tak terjadi suatupun yang ganjil. Semakin hari rumah semakin bersih, disela-sela waktuku ketika libur, kutata bunga, ku rapikan pohon buahnya , kubersihkan semua  pot-potnya,   kubelikan pupuk, kutanani halaman dengan berbagai sayuran  dalam polybag , ku semakin suka mendiami rumah tua itu  Hasratku hanya satu aku harus bekerja dan lanjutkan studiku. Ketika sang Boss datang untuk sesekali melihat rumahnya , Bossku berkata , " Hebat kau  Prakoso, halamanku kamu jadikan  perkebunan sayur, kalau kita kenal sejak dulu tentu aku sudah jadi boss sayuran, ha ha ha!" Lalu kujawab "Betul Boss, nanti bulan depan gajiku naik!, ha ha ha ha!" tertawaku lebih keras melebihi Boss.  Hari- hari kulalui dengan penuh semangat dengan  tambahan kesibukan  kursus conversation di Kala malam tiba.  

Terkadang kala malam,  sehabis kursus conversation malamku ,sesekali  aku rindu di ganggu orang tua penunggu rumah tua  itu, namun  kerinduan itu tak kunjung datang. "Saya berdoa bagi jiwamu, hai orang tua." Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun