Mohon tunggu...
YULIANUS JOKO KRISTIANTO
YULIANUS JOKO KRISTIANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orang Tua Itu Ternyata Penunggu

5 Desember 2022   08:58 Diperbarui: 5 Desember 2022   10:38 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Orang Tua Itu Ternyata Penunggu

Ketika setamat SMA ku putuskan untuk merantau ke sebuah kota  kira- kira 250  kilo meteran dari desaku.  Kumerasa nasib ortuku yang buruh tani dan  otakku yang tak sampai setinggi pinggang ini akan  bisa  mengikuti  mata kuliah nantinya . "Mak! besok pagi kumau pergi ke  kota cari kerja!, ... didesa ini tak ada  kerja selain buruh tani, siapa tahu nanti kubisa merubah nasib,"   jawab Mak,  "Mak sebenarnya gak keberatan  kamu  cari kerja di kota, tapi coba kamu  lihat  adek- adekmu  tu Prakoso, masih kecil kecil, nanti yang bantu urus siapa?, kamu tau  ayahmu  sudah tua!,  sedang Makmu  kerja buruh tani gak cukup untuk hidup adek adek mu!  kedua anak dan ibu itu terdiam lalu timpal Prakoso, "Mak kalau aku tinggal di desa terus-terusan nanti gak ada kemajuan, siapa tahu nanti aku bisa bantu bantu Mak."  Mendengar ucapan anak pertamanya itu Mak Parni memandangi Prokoso,  "Prakoso,  kalau kamu mau ke kota, terus mau tinggal tempat siapa dan dimana?"  "Ku mau di ajak Putro dia mau ke kota jenguk saudaraya nanti ku bisa numpang ditempat saudaraya." Kata Mak Parni, "Ya kalau kamu mau nekad  ya terserah yang penting kamu bisa jaga diri saja." 

Dengan bekal seadanya kuberangkat bersama sahabat karibku  sedesa. Setelah beberapa jam  perjalanan,  bus yang kutumpangin ala tahun 90 an,  telah mencapai sebuah rumah makan, namun waktu itu sopir enggan untuk mampir di rumah makan yang dilewatinya  dan  malah terus melaju  melawan lumpur  dan lobang lobang  jalan desa.  Bus  yang kutumpangin terus melaju tanpa menghentikan nafas  bisingnya . Tiba tiba terlihat dari jauh ada sekumpulan orang  dan ada dua mobil sedang berhenti  juga beberapa mobil  yang sedang parkir. Mobil kami terhenti oleh empat  orang polisi yang masing masing pintu kemudian di jaga oleh dua orang polisi.

"Jangan ada yang turun sebelum ada aba aba dari petugas!"  teriak polisi itu. Lalu kami di periksa satu persatu supaya turun dari mobil. Sampailah pada giliranku aku diperiksa dan ditanyain KTP ku,  "Mana KTP mu  dek?!"  Jawabku,   "Saya gakk punya KTP  mas polisi."  Maka  segeralah saya  diajak kesuatu tempat untuk diinterogasi,  kemudian disitu juga sudah  banyak yang lainnya  diintrogasi.  "Mana KTP mu?"  Lalu kujawab,  "Aku gaakk punya KTP  mas polisi."   "Kalau kamu gakk punya KTP kok kamu pergi ?!"  Lalu kujawab, "Aku pergi ke Kota karena ingin melihat seperti apa  kota mas polisi!"  Tak disangka  jawaban yang polos bebas tersebut  membuat para  polisi  dan hadirin jalanan itu tertawa serentak. Saat itu saya sangat heran kenapa  jawaban bebas polosku kok malah jadi bahan tertawaan. Pada akhirnya polisi itu malah menawarkan kalau mau ke kota biar ikut mobil Patrolinya, tapi tawaran itu kutolak, karena bus yang kutumpangin menunggu di depan. Setelah satu jam perjalanan menuju kota provinsi sampailah aku ditempat saudara sahabat karibku itu. Singkat cerita saya diterima dengan baik oleh keluarga muda itu.

Saya diperkenalkan oleh sahabat karibku ke   ke saudaranya,"Mas dikdo, ini Prakoso  sahabat saya, kuaajak dia kesini dan kebetulan dia juga pingin ke kota."  Kataku, "Met ketemu mas saya Prakoso  senang bisa ketemu mas dan keluarga. "  " ya  kami senang juga bisa ketemu mas Prakoso, silahkan duduk mas , maaf tempatnya seadanya,"  Aku diterima dengan baik oleh keluarga muda itu, setelah  1 minggu rencana saya mau pulang, tetapi dicegah oleh mas Dikdo, supaya tetap tinggal dirumahnya, karena beliau tahu dari adeknya kalau aku  juga mau cari kerja.   "Prakoso kucarikan kamu kerja, ku lagi tanya-tanya sama temen-temen siapa tahu mereka ada informasi kerja, "  kujawab, "Maksih ya mas udah mau peduli sama aku" 

Setelah hampir 2 minggu aku  berada dirumah  saudara teman karibku itu, aku juga coba-coba cari informasi kerja sana sini . Lalu ku pergi ke suatu tempat ibadah di kota itu, dan berkenalan dengan seorang jamaah,  ketika itu  setelah selesai ibadah, sesorang bertanya,  "Mas tampaknya orang baru ya?"  Ku jawab, "Ya mas, saya baru  2 minggu di kota ini,"   " Tujuan mas ke kota emangnya  tuk apa, kuliah ya?"    "Bukan saya mau cari kerja kalau ada,"  Jawabku polos. " "Kebetuan saya ada teman katanya dia  mau cari  orang tuk kerja digudang nanti kutanyakan, trus minggu depan kita ketemu lagi disini,"  kujawab, "Terima kasih udah mau bantu aku Mas."  Dengan penuh harap kutunggu kabar  darinya dan hari-hari selanjutnya  ku nikmati dengan penuh harap.

Sampailah hari yang kunantikan, ku datang ditempat ibadah itu pagi-pagi banget,  dan  bisa dikatakan paling duluan.   Ku berdoa, "Tuhan berikan aku kerja, aku tidak menginginkan hal yang muluk-muluk  tapi minimal aku bisa menghidupi diriku dulu. Itulah doaku yang pertama kali ketika aku berada di kota itu.   Setelah ibadah selesai, sesorang yang menyapaku minggu yang lalu menemuiku, "Dek ini dari temanku yang  cari orang tuk kerja di gudang, ini alamatnya besok temuilah di kantor."  Langsung kurenggut secarik kertas dari teman baruku itu  dengan suka  hati banget aku mendengar kabar itu, "Mkasih ya mas udah mau capek-capek demi aku."   "Gak apa kok, kita khan  teman."   

Keesokan harinya kudatang pagi pagi benar, malahan dibilang belum ada yang datang ke kantor yang kutuju itu, Situasi masih sepi dan dingin sekali,  beberapa angkot melintas memecah pagi untuk antar sayuran ke pasar pagi. Kira -- kira pukul 6:30  pagi ada sesorang yang datang ke Kantor itu. Melihat ada aku, dengan agak rasa heran orang itu menyapa, 'Mau cari siapa kau pagi pagi udah disini?"  Lalu kujawab, "Mau cari boss, saya disuruh kesini untuk temui Bos, yang suruh aku temannya boss, kak"  Lalu jawab orang itu, " Boss datang jam 9 lah, kalau kau nak temui,"   "Iya kak makasih infonya."

Orang itu membuka pintu kantor, lalu mengambil sapu untuk bersih bersih,  ruangan yang berada di lantai 1 itu merupakan showroom, dan lantai 2  untuk administrasi. Singkat cerita saat itu sudah jam 9 pagi tiba-tiba  ada mobil terparkir di depan kantor ,  seseorang berusia 50 tahunan keluar dari kantor membawa tas warna hitam lalu menuju kantor dan langsung  naik kelantai 2. Kata orang yang bersih-bersih kantor itu, "Dek!, kalau mau temui boss tunggu setengah jam lagilah,"  Jawabku , "Iya kak, makasih," Saat itu juga sudah banyak karyawan yang datang di kantor itu untuk bekerja. Kemudian saya ijin ke orang yang bersih bersih kantor  tersebut,  "Kak saya mau naik temui boss,"  Jawabnya  "Iya dek pergilah!"  Ku segera bergegas naik kelantai 2.

Kemudian saya mengetuk  ruangan boss  itu, "Permisi selamat pagi Pak, apakah  saya boleh masuk?"   Jawabnya, "Boleh, silahkan!,   " Saya membuka pintu, "Silahkan duduk, ada keperluan apa?"  Jawab saya, "Saya Prakoso  dari desa untuk lamar pekerjan diperusahaan Bapak,"  Jawabnya, " Kok tau disini ada lowongan kerja?"  "Teman Bapak bilang bahwa disini ada lowongan kerja."   "Ohh gitu, memang  disini ada lowongan kerja tapi di gudang,  dan sebenarnya  saya mau cari orang untuk jaga rumah saya yang kosong. Lalu apakah kamu mau kerja di gudang?"  Jawabku,  "Mau pak."  "Nahhh, kalau mau besok kamu mulai kerja digudang, gajimu tujuh lima ribu sebulan dan uang makan dua ribu rupiah, uang makan bisa di ambil di kepala gudang.  Senang sekali hatiku  karena ku bisa diterima  bekerja di  persahaan teryang jkala itu ku baru  tamat SMA saya bisa kerja.

Hari-hari kulalui dengan kerja di gudang  boss  tersebut, tibalah saatnya aku dipanggil oleh kepala gudang supaya pindah ke rumah boss  yang kosong itu. Setelah pamitan dengan keluarga yang saya tumpangi , kemudian saya diantar oleh seorang sopir menuju rumah yang kosong tersebut .  Pemandangan pertama yang kulihat rumah itu memang  sudah tua, pekarangan rumah  tampak jarang dibersihkan, bunga-bunga di taman tidak teratur, pagar juga sudah karatan, sementara pohon-pohon buah tak terawat menambah seramnya rumah itu. Saat itu saya diantar oleh sopir pukul   4 sore ke rumah tua itu , dan memang waktu kerja selesai pukul  4 sore , kemudian saya diberi kunci oleh sopir itu, "Prakoso , ni kuncinya , moga krasan kau So,"  Kemudian sopir itu pergi seketika sebelum saya membuka pintu rumah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun