Mohon tunggu...
JOKO KHRISTIANTO
JOKO KHRISTIANTO Mohon Tunggu... Lainnya - ASN SATPOL PP

Saya seorang ASN satpol pp yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Perang Batin: ASN Satpol PP Terjepit Antara Hukum dan Hati Nurani

30 Januari 2025   19:56 Diperbarui: 30 Januari 2025   19:56 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pra Penertiban Pedagang Pasar Rengasdengklok  (Sumber :Dok. Pribadi)

Melindungi Masyarakat: Satpol PP juga berfungsi untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari berbagai ancaman yang dapat mengganggu ketertiban dan keamanan.

Selain itu, jika dihubungkan dengan slogan Satpol PP yaitu "Praja Wibawa", bisa dimaknai bahwa Slogan "Praja Wibawa" yang menjadi semboyan Satpol PP memiliki makna mendalam yang mencerminkan humanisme dalam pelaksanaan tugasnya. "Praja" berarti masyarakat atau rakyat, sedangkan "Wibawa" berarti kekuasaan dan kehormatan yang diakui. 

Jika dihubungkan dengan humanisme Satpol PP, slogan ini bermakna bahwa dalam menjalankan kewenangannya, Satpol PP harus tetap mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, menghormati hak-hak masyarakat, dan bertindak secara bermartabat.

Penegakan peraturan yang dilakukan tidak boleh sewenang-wenang, melainkan harus mempertimbangkan aspek kemanusiaan dan memberikan ruang dialog dengan masyarakat. Wibawa yang dimaksud bukan berarti bertindak keras dan represif, tetapi justru mencerminkan kewibawaan melalui pendekatan yang humanis, profesional, dan berorientasi pada pelayanan masyarakat.

Dengan demikian, slogan ini menggambarkan komitmen Satpol PP untuk bertindak tegas namun tetap mengedepankan pendekatan humanis dalam penegakan hukum dan ketertiban. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Satpol PP memiliki kewenangan untuk menegakkan hukum, mereka juga berupaya untuk menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat, mendengarkan aspirasi mereka, dan memberikan perlindungan secara adil.

Di tengah stigma negatif yang kerap melekat, sudah saatnya masyarakat melihat sisi lain dari para penegak Perda ini. Mereka bukan hanya aparatur negara, tapi juga manusia yang memiliki hati dan nurani. Perang batin yang mereka hadapi adalah bukti bahwa di balik ketegasan tindakan, terselip kepedulian terhadap nasib sesama.

Mungkin ini saatnya kita membangun pemahaman bersama: bahwa ketertiban kota dan kesejahteraan warganya bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan. Dengan dialog dan saling pengertian, kita bisa menemukan titik temu yang menguntungkan semua pihak.

Karena pada akhirnya, yang dibutuhkan adalah keseimbangan antara ketegasan hukum dan kelembutan hati. Sebuah harmoni yang mungkin sulit dicapai, namun tetap harus diperjuangkan demi kebaikan bersama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun