Mohon tunggu...
Joko Hendarto
Joko Hendarto Mohon Tunggu... Dokter -

Orang Indonesia yang belajar lagi ke negeri orang...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Antara Pantai Losari, Hanabi dan Keukeun Festival

28 Juli 2015   17:31 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:01 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan Bandung, saya kira warganya beruntung ini tak pernah kehabisan anak-anak muda yang punya ide-ide segar dan kreatif. “Reclaim the street, Eat!”. Tagline yang menarik. Makan dan makanan dijadikan medium untuk mengajak warga berinteraksi, berbaur dan bersenang-senang. Makan dan makanan dijadikan medium yang sangat ampuh untuk mencairkan kebekuan suatu kota. Menarik warga sejenak dari persoalan-persoalan khas kota besar, macet, bising serta sifat individualistik penghuninya yang mungkin semakin menonjol, datang beramai-ramai, terhubung dengan yang lainnya.

Menariknya acara ini justeru bermula dari inisiatif warga, khususnya dari komunitas anak muda yang ingin melihat kota mereka lebih bergairah dan sehat. Awalnya cuma modal urunan, lalu disambut baik dan kini sudah jadi semacam “cultural event” tahunan lengkap dengan pertujukan musik dan budaya lainnya. Kuncinya dimana? Pada konsep dan detail festival yang dipersiapkan dengan sangat matang, tidak serupa festival lainnya yang kadang lebih menonjol acara seremonial, tentang pidato pejabatnya, modalnya pun kadang cuma tenda, dan acaranya malah amburadul.

Keukeun Food Festival harus tampil berbeda kata kawan saya itu, makanannya, tampilan standnya, siapa yang masak. Benar-benar dipersiapkan dengan sangat detail. Tempatnya pun beda-beda dan melibatkan komunitas yang berada disekitarnya. Pernah katanya masak-masaknya ngajak tentara ikutan masak karena acaranya dilakukan di sekitar markas tentara. Keren bukan. Kerapian dan kebersihan kota tempat pelaksanaan kegiatan pun sangat terjaga. Dan jika hal itu telah dilakukan oleh masyarakat, berarti mereka sungguh telah ikut mencintai kotanya. Ini contoh yang baik bagi kota lain, termasuk Makassar, jika ingin membuat event-event untuk memberdayakan ruang publik mereka, seperti Losari.

Nah Pantai Losari setelah reklamasi sebenarnya punya peluang besar untuk menjadi ruang publik yang menyenangkan bagi masyarakat kota itu dan juga pendatang yang berkunjung. Matahari terbenam, kuliner khas Makassar yang banyak berada disana sudah menjadi penarik alami orang untuk datang. Belum lagi dengan adanya mesjid yang begitu indah diatas laut di bibir pantai. Tinggal kenyamanan dan keamanan pengunjung yang harus dijaga. Dan saya kira itu adalah tanggung jawab kita bersama warga kota ini dan pemerintahnya untuk menjaga Losari dan tidak membuatnya kotor kumuh dan semrawut. Mudah-mudahan setelah ini Pantai Losari akan kembali apik dan kita bisa menikmatinya dengan tenang dan nyaman.

 

(Link artikel bapak Rahmat Hadi tentang Losari: http://www.kompasiana.com/rahmathadi/pantai-losari-makassar-rantasa-jorok-savelosaribeach_55b05726917e61870f97a3dd)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun