Dan Bandung, saya kira warganya beruntung ini tak pernah kehabisan anak-anak muda yang punya ide-ide segar dan kreatif. “Reclaim the street, Eat!”. Tagline yang menarik. Makan dan makanan dijadikan medium untuk mengajak warga berinteraksi, berbaur dan bersenang-senang. Makan dan makanan dijadikan medium yang sangat ampuh untuk mencairkan kebekuan suatu kota. Menarik warga sejenak dari persoalan-persoalan khas kota besar, macet, bising serta sifat individualistik penghuninya yang mungkin semakin menonjol, datang beramai-ramai, terhubung dengan yang lainnya.
Menariknya acara ini justeru bermula dari inisiatif warga, khususnya dari komunitas anak muda yang ingin melihat kota mereka lebih bergairah dan sehat. Awalnya cuma modal urunan, lalu disambut baik dan kini sudah jadi semacam “cultural event” tahunan lengkap dengan pertujukan musik dan budaya lainnya. Kuncinya dimana? Pada konsep dan detail festival yang dipersiapkan dengan sangat matang, tidak serupa festival lainnya yang kadang lebih menonjol acara seremonial, tentang pidato pejabatnya, modalnya pun kadang cuma tenda, dan acaranya malah amburadul.
Keukeun Food Festival harus tampil berbeda kata kawan saya itu, makanannya, tampilan standnya, siapa yang masak. Benar-benar dipersiapkan dengan sangat detail. Tempatnya pun beda-beda dan melibatkan komunitas yang berada disekitarnya. Pernah katanya masak-masaknya ngajak tentara ikutan masak karena acaranya dilakukan di sekitar markas tentara. Keren bukan. Kerapian dan kebersihan kota tempat pelaksanaan kegiatan pun sangat terjaga. Dan jika hal itu telah dilakukan oleh masyarakat, berarti mereka sungguh telah ikut mencintai kotanya. Ini contoh yang baik bagi kota lain, termasuk Makassar, jika ingin membuat event-event untuk memberdayakan ruang publik mereka, seperti Losari.
Nah Pantai Losari setelah reklamasi sebenarnya punya peluang besar untuk menjadi ruang publik yang menyenangkan bagi masyarakat kota itu dan juga pendatang yang berkunjung. Matahari terbenam, kuliner khas Makassar yang banyak berada disana sudah menjadi penarik alami orang untuk datang. Belum lagi dengan adanya mesjid yang begitu indah diatas laut di bibir pantai. Tinggal kenyamanan dan keamanan pengunjung yang harus dijaga. Dan saya kira itu adalah tanggung jawab kita bersama warga kota ini dan pemerintahnya untuk menjaga Losari dan tidak membuatnya kotor kumuh dan semrawut. Mudah-mudahan setelah ini Pantai Losari akan kembali apik dan kita bisa menikmatinya dengan tenang dan nyaman.
(Link artikel bapak Rahmat Hadi tentang Losari: http://www.kompasiana.com/rahmathadi/pantai-losari-makassar-rantasa-jorok-savelosaribeach_55b05726917e61870f97a3dd)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H