Berbeda dengan masyarakat ekonomi bawah, mereka ada yang terpaksa mengurangi kuantitas, ragam, atau kualitas makan. Sedikit atau banyak, kuantitas atau kualitas pemenuhan kebutuhan primer akan terdampak dan berpengaruh terhadap kualitas hidup.
Luasnya dampak kenaikan harga BBM subsidi ini menuai banyak kontra baik di kalangan masyarakat, lebih-lebih di kalangan akademisi. Kebijakan menaikkan harga BBM subsidi dinilai tidak logis di tengah turunnya harga minyak dunia.Â
Di samping itu, kebijakan ini terkesan kurang tajam pada proses perencanaannya. Sebab, kebijakan ini diimplementasikan tanpa mempertimbangkan lapisan mana saja yang terdampak, salah satunya tukang ojek tadi.
Mengancam ketahanan pangan
Pendapatan berkaitan erat dengan ketahanan pangan. Bila pendapatan seseorang stabil, maka aksesibilitas dan kecukupan pangannya akan terjamin.Â
Naiknya harga BBM subsidi secara otomatis menambah beban ekonomi masyarakat ekonomi bawah. Terlebih bagi mereka yang tidak menentu pendapatannya. Awalnya menimbulkan shock, kemudian terpaksa mengurangi jatah pangan sehari-hari yang berefek ketahanan pangan terancam.
Sebagaimana tukang ojek, kenaikan harga BBM subsidi mereka sambut dengan jiwa lapang. Berdemonstrasi, berteriak sia-sia sambil berpanas-panasan, bahkan tak jarang menimbulkan kemacetan lalu lintas, terkadang merupakan jalan terakhir mengutarakan aspirasi dan solusi karut marut sebuah kebijakan.Â
Seluruh tukang ojek menunggu kepastian ekonomi datang, bukan kebijakan yang mentang-mentang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI