Keenam strategi tersebut layak diacungi jempol. Sebab, yang sedang melemah di sektor pertanian adalah minat dan semangat untuk bertani. Tanpa adanya dua aspek itu tentu jumlah petani, khususnya di Jawa Timur akan semakin berkurang.
Bahkan, bisa jadi suatu saat tidak ada lagi pekerjaan petani. Padahal, proses mengolah lahan hingga menghasilkan komoditas pertanian adalah pekerjaan yang sangat mulia.
Agaknya akan lebih tepat apabila perbaikan minat dan semangat bertani juga ditumbuhkan melalui mekanisme kelayakan harga komoditas hasil pertanian.
Jumlah pemuda tani akan bertambah apabila harga komoditas hasil pertanian kian menggembirakan. Kendati pemerintah menyetop subsidi pupuk dan benih pun, pendapatan yang diperoleh petani akan tetap mampu menutup biaya produksi serta transportasi pemasaran hasil pertanian.
Kebijakan lain yang bisa diambil adalah pemberian subsidi pupuk, alat pertanian, serta beasiswa pendidikan sekolah bagi anak-anak petani dengan kepemilikan lahan lebih dari 0,5 hektar.
Kebijakan subsidi pupuk dan alat pertanian ini setidaknya mampu memangkas biaya produksi petani sehingga pendapatan yang mereka bawa pulang jauh lebih besar.
Selain itu, kebijakan tersebut diharapkan mampu mempertahankan jumlah petani dengan kepemilikan lahan lebih dari 0,5 hektar sekaligus meningkatkan semangat bertani bagi petani dengan lahan kurang dari 0,5 hektar.
Dua kebijakan tersebut diharapkan memicu kenaikan jumlah petani, khususnya pemuda tani sehingga regenerasinya tetap terjaga. Hadirnya teknologi modern disertasi pembangunan infrastruktur yang begitu cepat melindas lahan-lahan pertanian tidak sampai menggerus jumlah petani. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H