Kenyataan ini menegaskan bahwa pada triwulan II 2019, sektor pertanian belum mampu memenuhi kebutuhan pasar di Jawa Timur sendiri. Jawa Timur masih memiliki ketergantungan terhadap kemampuan sektor pertanian nasional.
Bila dikaitkan dengan Pendidikan tertinggi yang ditamatkan, mayoritas petani di Jawa Timur berpendidikan SD ke bawah. Dalam teori modern dikatakan bahwa penduduk berpendidikan rendah cenderung tidak memilih-milih pekerjaan. Apapun dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mirisnya, pendidikan yang rendah justru mengurangi semangat penduduk bergelut di sektor pertanian. Semangat yang terus merosot itu secara tidak langsung diperlihatkan oleh Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur yang posisinya sempat menurun 0,89 persen pada Februari 2019.
Peningkatan Indeks yang diterima (It) terhadap Indeks yang dibayar (Ib) petani tidak sebanding dengan besarnya inflasi perdesaan dan garis kemiskinan Jawa Timur.
Semakin berkurangnya penduduk bekerja di sektor pertanian, bisa dikatakan Jawa Timur telah memasuki zona darurat regenerasi petani. Hal itu ditengarai dengan menurunnya kinerja sektor pertanian sekaligus jumlah penduduk bekerja di sektor itu.
Generasi milenial tidak lagi punya ketertarikan pada sektor pertanian karena prospeknya tidak jelas. Bagi mereka, profesi menjadi petani adalah profesi yang "terbuang" karena bertani menjadi pelarian terakhir ketika tidak ada lagi lapangan kerja yang tersedia.Â
"Analisis Location Quotient, sektor pertanian Jawa Timur pada triwulan II 2019 memiliki LQ sebesar 0,89 atau kurang dari 1. Artinya, sektor pertanian Jawa Timur bukan merupakan sektor basis atau unggulan."
Situasi ini menjadi tantangan berat bagi Jawa Timur. Apalagi di tengah tumbuhnya perekonomian Jawa Timur yang mencapai 5,72 persen pada triwulan II 2019, disertai dengan menurunnya angka kemiskinan menjadi 10,37 persen per Maret 2019.Â
Sektor pertanian malah kian terpuruk, bukan tak mungkin Jawa Timur justru menjadi daerah pengimpor hasil-hasil pertanian di kemudian hari.
Pemicu minat bertani
Agar sektor pertanian tetap hidup, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Utamanya dalam rangka penguatan kaderisasi petani. Kementerian pertanian pernah menyiapkan enam strategi untuk meregenerasi petani.
Mulai dari transformasi pendidikan tinggi vokasi pertanian, inisiasi program penumbuhan wirausaha muda pertanian, penumbuhan kelompok usaha bersama di bidang pertanian, pelatihan dan magang bagi pemuda tani, hingga optimalisasi penyuluh untuk mendorong dan menumbuhkan pemuda tani.