Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tok Dur dan Nafas Berdimensi

30 Juni 2014   09:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:12 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu, aku dimana, Bu?", ia bertanya kepadaku.

"Bapak yang tenang, ya, sekarang Bapak dalam penanganan para dokter ahli, hahahaha...."

"Lho, kok Ibu tertawa-tawa ?, kenapa, Bu ? ada apa denganku, Bu?", tanya suamiku padaku.

"Bapak akan segera sembuh, kok..hahahaha.."

Tok dan Dur kini hanya bisa menangisi ibunya itu. Setelah beberapa bulan setelah ditinggal sang ayah mereka tercinta, ibunya sering menggigau, sering melamun, sering membayangkan, hingga sering berbicara sendiri. Mereka harus membawa ibunya ke rumah sakit tempat ruangan bapaknya dirawat dulu. Ibunya berbicara sendiri kepada bantal guling yang mereka saksikan dengan para dokter itu. Kini tibalah hari keseratus dari kematian bapak Tok dan Dur. Rumahnya tampak sepi sebab ibunya tampak terus termenung di halaman depan dengan mata tak bernyawa. Dihiasi dengan alunan ritme suara jamaah Yaasiinan yang menghadiahkan pahala untuk bapaknya di hari itu.

Tok dan Dur tampak saling berpelukan.

"Kak, aku sangat merindukan Bapak, Kak"

"Sama, Dur. Aku juga merindukan Bapak. Sangat rindu."

Mereka berdua menangis sendu dan teriring doa untuk bapaknya.

"Semoga dosa bapak diampuni Allah, ya Kak"

"Aamiin.."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun