Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tok Dur dan Nafas Berdimensi

30 Juni 2014   09:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:12 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hah !, iya ???...alhamdulillah, Dur.."

"Ayo kita sambut Bapak, Tok.."

"Iya, Dur.."

Tok dan Dur adalah nama singkat dan sederhana yang kuberikan kepada anak-anakku. Mereka tampak sudah dewasa saja saat kulihat. Setiba ku masuk dalam rumahku, aku melihat sebuah kehidupanku yang baru, sangat terbilang baru, aku melihat rumahku yang asri dan sejuk, sungguh tertata rapi sehingga membuatku tersenyum sambil menyentuh rambut kedua anakku.

"Kalian rajin sekali, Bapak merasa senang, sebab rumah Bapak terlihat baru"

"Iya, Pak. Ini kami persembahkan untuk Bapak, semoga Bapak tak sakit lagi"

Aku hanya menjawabnya dengan tersenyum kembali. Kemudian aku diantar oleh istriku menuju ke halaman belakang rumahku untuk menengok sepetak kebun mungilku yang ku buat bersama anak-anakku saat mereka masih kecil dan istriku saat keningnya belum berkerut kala itu.

Aku menghembuskan nafasku dalam kehampaan, jiwaku merasakan kenikmatan hidup. Aku merasakan ketenangan sebab aku bersama dengan istri dan anak-anakku. Kemudian aku duduk di sebuah bangku kayu yang kubuat dulu, dan ku menutupkan mataku dan mencoba untuk tak bernafas. Memang benar adanya, bahwa nikmat bernafas adalah segalanya bagiku.

"Astaghfirullah !...", aku terbangun sebab kelelahan menjaga suamiku.

"Pak, Bapak baik-baik saja, kan ?," aku hanya berbicara sendiri dengan suamiku yang saat ini terkapar dalam kondisinya yang masih koma di rumah sakit.

Ia tampak lemah. Tetapi, sungguh merupakan Rahmat, matanya pelan-pelang terbuka dan memandangku dengan kelembutannya. Ia menyapa namaku dengan suara serak-serak basah dan nyaris tak terdengar iramanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun