Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - pendiri komunitas Seniman NU
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis opini di lebih dari 100 media berkurasi. Sapa saya di Instagram: @Joko_Yuliyanto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Korban Pahala demi Nyawa

24 Agustus 2021   10:10 Diperbarui: 24 Agustus 2021   10:17 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah dibuat dilema akibat PPKM Darurat karena kondisi ekonomi masyarakat bawah yang tidak mendapatkan penghasilan, pemerintah kembali dibuat gamang dengan sikap sebagian muslim yang memaksa memperingati hari raya kurban. Benturan keyakinan akan sulit didiskusikan meski dengan alasan ilmiah. 

Prinsip kematian hanya karena Allah Swt. dan hak kebebasan warga negara yang diatur konstitusi untuk menjalankan ritual ibadah menjadi kendala pemerintah melarang masyarakat beribadah.

Meskipun hukum salat ied "hanya" sunah muakad, namun karena banyak alasan masyarakat terkesan mewajibkan salat ied. Pelarangan ibadah hari raya Islam beberapa kali karena pandemi memberikan kesan diskriminatif terhadap umat muslim, meskipun di sisi lain, umat nonmuslim juga mengorbankan beberapa peringatan ibadah semasa pandemi.

Masih banyak masyarakat yang belum ikhlas berkurban. Mengorbankan "pahala" beribadah jamaah di masjid atau lapangan untuk pahala yang lebih besar, yakni keselamatan banyak orang. 

Covid-19 bukan hanya tentang kesiapan seseorang untuk mati di jalan Allah Swt. Ada kebesaran jiwa untuk lebih berpikir risiko akibat penularan virus yang lebih masif.

Kurban adalah menyembelih ego, bukan menyembelih nyawa orang karena sikap sembrono dalam bersikap. Mengajak masyarakat melawan pemerintah dengan tidak taat aturan akan mengakibatkan jatuhnya banyak korban. Idul Adha adalah momentum membunuh hewan kurban, bukan membunuh saudara kita sendiri.

Mungkin ada masih yang meragukan keberadaan Covid-19 karena merasa belum pernah divonis positif. Sedangkan imunitas masing-masing orang berbeda satu dengan yang lain. 

Bagi yang mempunyai imun kuat mungkin akan selamat dari bahaya Covid-19 jika tertular. Namun jika kita yang menulari, kita tidak bisa menjamin keselamatan orang yang ditulari. Bukankah membunuh orang akibat kelalaian dan keegoiskan kita lebih berdosa daripada mengganti Salat Ied di rumah?

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun