Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - pendiri komunitas Seniman NU
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis opini di lebih dari 100 media berkurasi. Sapa saya di Instagram: @Joko_Yuliyanto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Muhammad, Rasul Allah atau Rasul Kita?

2 November 2020   08:46 Diperbarui: 4 November 2020   13:15 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya pernyataan bahwa syahadat jaminan surga ada benarnya. Setelah sedikit merenungi diksi saksi, rontok sudah "kemuslimanku" selama ini.

Jika syahadat adalah syarat utama menuju surga, maka neraka adalah tempat yang layak bagiku: yang tak sungguh-sungguh bersyahadat kepada Allah. Kalau di pengadilan negara mungkin bisa pura-pura jadi saksi palsu, di hadapan Allah masak masih mau memanipulasi peradilan?

Jadi sebelum terlalu ganas teriak-teriak membela Tuhan dan agama, hendaklah mengoreksi diri, sudahkah kita bersayahadat? Sudahkah kita muslim? Atau sebenarnya kita masih perjalanan panjang untuk menegaskan kalimat "Tunjukanlah aku jalan yang lurus" di dalam salat kita?!

Muhammad Bukan Rasul Kita?

Ketika banyak yang meyakini bahwa Muhammad Saw. adalah rasul mereka, maka saya mencoba membalik logika dengan pernyataan sederhana. Seperti yang kita pahami selama ini dalam lirik adan Maghrib di televisi swasta, bait ketiga yang berbunyi :

"Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah"

Rasulullah = utusan Allah. Rasul berarti utusan. Jika Nabi Muhammad adalah rasulmu, lalu siapa kamu berani-beraninya mengutus manusia paling sempurna di alam semesta ini? Apakah kamu Tuhan laiknya Fir'aun yang bebas mengutus manusia seenak jidatnya? Jadi silakan direnungi kembali, Nabi Muhammad itu rasul kita bukan sih?

Eits, jangan buru-buru menyimpulkan. Kalau agak mau sedikit belajar tasawuf atau mendalami sisi terdalam Syekh Lemah Abang atau Siti Jenar, maka kita akan sedikit mendapatkan pencerahan. Tapi sebelumnya harus dilepaskan dulu informasi-informasi buram seputar Siti Jenar yang sebenarnya banyak diilhami dari Al Hallaj.

Intinya adalah konsep meniadakan diri. Bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah pengejawantahan dari zat Allah Swt. Dari jutaan asmaulhusna dan segala peristiwa yang sebenarnya adalah cerminan dari Allah itu sendiri. Nur Allah bersemanyam dalam diri kita, ada yang gelap tertutup oleh jiwa dan raga. Ada yang bersinar terang karena sudah beriman dan bertakwa secara utuh.

Jika jiwa kita masih diliputi sifat pendendam, berbohong, sombong, kikir, ghibah, iri dengki, dan sebagainya, maka jangan pernah berharap bisa menyaksikan Allah. Sebaliknya, jika hati kita bening, pantaslah kita menyebut bahwa Muhammad adalah Rasul kita.

Duh, bahas fikih syahadat itu memang bukan sebatas hafal rukun, sunah, dan yang membatalkan saja......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun