Mohon tunggu...
Joshua Manuputty
Joshua Manuputty Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Just an ordinary man who lives in Salatiga city. (http://jokereference.blogspot.co.id/)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Change Management: Survive or Die?

11 Agustus 2016   23:51 Diperbarui: 15 Agustus 2016   22:55 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, segala hala rintangan yang ada dan dibarengi dengan pengorbanan dari masyarakat organisasi tersebut, maka bukanlah hal yang mustahil untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Adanya teknik-teknik komunikasi dan perilaku yang baik antar masyarakat penghuni di organisasi tersebut, maka perubahan yang ada dapat dikelola menjadi sebuah pesta yang menyenangkan dan hangat, serta dapat menimbulkan efek kebersamaan.

Peran Aktor Tingkat Eksekutif Sebagai Peracik Strategi

Dalam pelaksanaan dari berbagai usaha untuk melakukan perubahan (change) dalam menanggapi tantangan-tangangan yang ada di sepanjang fase organisasi pun tidak terlepas dari peran para aktor organisasi, secara khusus di tingkat eksekutif dalam melakukan perencanaan strategis dan menjadi nahkoda yang bijak dalam mengarahkan perahu organisasi untuk melewati gelombang tinggi dan arus kuatnya samudera dunia, sehingga organisasi dapat tetap langgeng dan eksis hingga seterusnya. 

Jika berbicara mengenai sosok pemimpin, maka tidak dapat terlepas dari model kepemimpinan yang aktor tersebut terapkan pada organisasi. Lalu seperti apakah model kepemimpinan yang paling tepat untuk diterapkan pada organisasi dengan kondisi lingkungan kompleks yang menuntut organisasi untuk selalu berubah?

Salah satu model kepemipinan yang ideal untuk dapat diterapkan pada organisasi yang ingin selalu berubah yaitu dengan model kepemimpinan situasional. Hersey dan Blanchard (1998) memaparkan bahwa pemimpin yang sukses adalah mereka yang dapat menyesuaikan sikap yang dimiliki dengan kebutuhan dari kondisi situasi mereka yang selalu berubah pula. 

Model kepemimpinan situasional memberikan suatu pemahaman bagi pemimpin mengenai hubungan antara keefektivitasan dari gaya kepemimpinan dan memperlihatkan adanya kesiapan dari para anggotanya untuk menjalankan tugas-tugas yang spesifik. Hersey dan Blanchard (1998) mengungkapkan bahwa pemimpin situasional belajar untuk mendemonstrasikan empat inti penting dari kompetensi kepemimpinan, yaitu analisa (diagnose), adaptasi (adapt), komunikasi (communicate), dan memajukan (advance). Pada Gambar 4 memperlihatkan model dari kepemimpinan situasional yang membantu para pemimpin untuk menganalisa kebutuhan dari lingkungannya, dimana terdapat empat hal utama dari gaya kepemimpinan, yaitu sebagai berikut:

  • S1: Mengarahkan (directing/telling)

Gaya ini mengkarakteristikkan komunikasi satu arah (one-way) yang mana pemimpin mendefinisikan peran dari para anggotanya berupa memberikan arahan kepada mereka mengenai apa, bagaimana, kapan, dan dimana untuk melaksanakan berbagai macam tugas-tugas.

  • S2: Melatih (coaching/selling)

Gaya sebelumnya yang berupa arahan pun tidak dapat dilakukan hanya dengan itu saja, namun dengan gaya ini dapat memberikan suatu komunikasi dua arah (two-way) dan dapat memberikan dukungan socioemotional secara psikologi kepada para anggotanya untuk ikut serta dalam setiap keputusan-keputusan yang telah dibuat.

  • S3: Mendukung (supporting/participating)

Gaya ini sering disebut partisipasi karena antara pemimpin dan anggotanya saling berbagi hal dalam melakukan pengambilan keputusan melalui komunikasi dua arah dan pemimpin pun sering menunjukkan sikap-sikap yang mendukung kepada anggotanya.

  • S4: Mendelegasikan (delegating)

Gaya ini merubah dari pemahaman awal yang mana anggota tidak ikut serta bahkan mungkin lari dari tanggung jawab yang ada. Pemimpin mendelegasikan para anggotanya untuk mau bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah digagas bersama-sama.

Keempat gaya ini perlu menjadi perhatian dari para pemimpin dalam menerapkan model kepemimpinannya kepada para anggotanya. Pemimpin yang efektif harus tahu kapan saat harus merubah sikapnya dalam menanggapi perubahan yang terjadi di sekitarnya, secara khusus berkaitan dengan para anggotanya. 

Beberapa keuntunga yang ada dengan model kepemimpinan situasional yaitu membangun lingkungan pembelajaran yang efektif, meningkatkan kinerja organisasi, peningkatan kemampuan dan kinerja yang dimiliki pun dapat merambah ke berbagai bidang atau anggota organisasi, meningkatkan rasa memiliki dan komitmen terhadap organisasi dari para anggotanya, secara efektif mengarahkan organisasi pada perubahan sikap dan hasil yang akan diperoleh, dan lain sebagainya.

Contoh menarik dari model kepemimpinan situasional yaitu dari Joko Widodo atau kerap dikenal sebagai Jokowi yang merupakan Presiden ke-7 Indonesia. Jokowi yang pada tahun 2005-2012 merupakan Walikota Kota Surakarta dikenal sebagai pemimpin yang santun, ramah, dan melayani masyarakat. Tak jarang Beliau “blusukan” di berbagai lokasi sembari menjalankan program kerja yang dimiliki. 

Pada tahun 2012-2014 Jokowi yang sempat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pun tetap menerapkan gaya kepemimpinan yang dimilikinya, hingga Beliau naik menjadi Presiden RI pun dengan menerapkan gaya yang khas, namun tetap memperlihatkan sikap-sikap tegasnya dalam hal meracik kebijakan pemerintah, susunan kementerian, maupun beradu pemahaman terhadap pemimpin-pemimpin negara lain. Hal ini memperlihatkan bahwa pemimpin perlu menyesuaikan model kepemimpinan yang dimiliki sesuai dengan kondisi dimana dirinya dipercayai, sehingga keberlangsungan organisasi pun dapat tetap terjamin hingga waktu selanjutnya.                

Gambar 4: Model kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard (1988)
Gambar 4: Model kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard (1988)
Peran seorang pemimpin organisasi menjadi sosok penting sebagai kepala di organisasi, namun bukan berarti seorang pemimpin dapat melakukan perubahan hanya dengan mengandalkan diri sendiri saja, melainkan memerlukan bantuan dari berbagai pihak untuk saling menopang satu sama lain dengan membuat pondasi yang kokoh sebagai pilar penopang kekokohan berdirinya suatu organisasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun