Mohon tunggu...
Yuniarto Hendy
Yuniarto Hendy Mohon Tunggu... Jurnalis - Dosen Bahasa Indonesia di Beijing

Youtube: Hendy Yuniarto

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesenjangan Pendidikan Juga Terjadi di Tiongkok

18 Maret 2021   09:33 Diperbarui: 18 Maret 2021   09:37 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi Kelas di Perguruan Tinggi (Dokpri)

Universitas Tsinghua merupakan universitas yang seringkali menempati peringkat pertama nasional dan peringkat 17 berdasarkan World University Ranking tahun 2019. Tingkat penerimaan Universitas Tsinghua di 31 provinsi kebanyakan di bawah 0,07% dan di bawah 0,02% untuk 2 provinsi terbawah (Guangdong dan Guizhou). 

Saingan Tsinghua, yaitu Universitas Peking, juga memiliki tingkat penerimaan yang sama. Ambil contoh jika kita tinggal di provinsi dengan peserta Ujian Nasional 7,3 juta sedangkan kuotanya 132 kursi, maka peluang kita hanya 0,018% saja.

Di negara sebesar Tiongkok yang jumlah penduduknya mencapai 1.4 milyar tentu tidak mudah mengatasi masalah pendidikan. Pemerintah mengangap masalah pendidikan sebagai masalah utama yang harus diperbaiki. Masyarakat akan selalu melihat bagaimana pendidikan dasar diselenggarakan, terutama pendidikan dasar di desa terpencil. 

Dengan perkembangan infrastruktur dan teknologi yang semakin maju, situasi pendidikan dasar sudah banyak diperbaiki, misalnya melalui program Flipped Class Model yang telah memungkinkan anak-anak di pelosok bisa mendapatkan akses pembelajaran sesuai dengan kurikulum. 

Meskipun fasilitas dan sumber daya guru sudah jauh lebih baik daripada yang lalu, tetapi masih ada banyak anak memilih putus sekolah sesudah pendidikan dasar. Salah satu alasannya adalah pendidikan kejuruan yang ditawarkan masih kurang. Di lain pihak dibutuhkan dana yang tak sedikit bagi suatu keluarga untuk memasukkan anaknya ke perguruan tinggi. 

Usaha pemerintah Tiongkok yang utama adalah mempromosikan pendidikan menengah kejuruan yang bertujuan membekali siswa yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi dengan keterampilan agar siap bekerja. Semua itu dilakukan karena sumber daya pendidikan tinggi terbatas, jumlah universitas terbatas, dan kuota siswa yang bisa masuk universitas juga sangat terbatas. 

Pada beberapa tahun terakhir ini pendidikan kejuruan di Tiongkok memang berkembang pesat. Namun ada anggapan bahwa hanya anak yang bodoh perlu pendidikan kejuruan. Tidak sedikit orang yang tua juga masih beranggapan miring terhadap pendidikan kejuruan. Sebenarnya pendidikan kejuruan memiliki banyak kelebihan, bukan hanya untuk pendidikan menengah saja, namun menyiapkan ke dunia kerja dan juga bisa digunakan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. 

Bagi kebanyakan orang Tiongkok, proses perjalanan pendidikan merupakan fase yang sangat penting dan meninggalkan kenangan yang tak terlupakan selama hidup mereka. 

Oleh karena itu, banyak film atau drama seri yang menggambarkan pahit manisnya saat belajar di sekolah tingkat menengah. Tema-tema kasih tak sampai mendominasi dalam film-film berlatar SMA. Dalam kebanyakan film tersebut kemampuan akademis lebih penting daripada janji-janji romantis. Kenyataan tersebut memang sesuai dengan apa yang terjadi di tengah masyarakat Tiongkok. 

Tes PISA yang pernah menempatkan Tiongkok pada peringkat pertama mencerminkan kualitas pendidikan yang ideal ataupun tidak, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. 

Pada kenyatannya, mereka memiliki sistem pendidikan yang ketat dan keras sejak lama. Ujian adalah satu jalan penting bagi siswa di Tiongkok sebagai ajang pembuktian dan ambisi. Meskipun demikian masih ada banyak siswa yang tak bisa menyalurkan ambisinya karena kesenjangan pendidikan masih menjadi permasalahan bagi negara berpenduduk 1,4 milyar ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun