Ia menawariku secangkir kopi. Kutanya kopi apa yang akan ia buat. Apakah ia mengerti kopi tanyaku yang seringkali sombong seolah tahu segala tentang kopi. Ia menawariku beberapa jenis kopi ala cafe pada umumnya. Kulihat juga ada mesin espresso dan biji kopi dari merek kopi Italia ternama. Kuyakin bahwa penjaga penginapan ini mengerti tentang kopi.
Kulihat di dinding ruang tengah tergantung banyak foto penjaga penginapan dengan orang-orang yang pernah mendaki gunung. Ia tentu akan memajang reputasinya agar diakui dan menjadi referensi bagi orang lain pikirku. Di pojok ruangan tersandar sepeda gunung dan beberapa piagam serta sertifikat tergantung di dinding. Kulihat ia adalah pesepeda profesional karena piagam serta penghargaannya.Â
Ia pun memajang agar orang lain mengakui prestasinya, pikirku. Ia menyajikan kopi hangat di atas meja yang ditata rapi serta artistik. Rangkaian bunga dan taplaknya terlihat seperti  buatan tangan. Ia menyarankanku supaya banyak bergerak dengan berjalan-jalan keluar.
Sangat gelap di luar penginapan karena minim penerangan. Hanya pada persimpangan jalan penerangan tergantung. Selebihnya aku manfaatkan senter dari ponselku. Kuberjalan lurus sampai terlihat cahaya api dan beberapa orang mengelilinginya. Kulihat mereka sedang membakar daging-daging berukuran besar.Â
Kutanya daging apa yang mereka sedang bakar, mereka jawab itu adalah daging yak. Yak adalah binatang mamalia seperti banteng yang dapat dijumpai di dataran tinggi Tibet. Mereka menawarkanku untuk membeli daging bakar tersebut namun aku menolaknya karena terlalu besar dan juga mahal.
Kukembali ke penginapan dan si penjaga penginapan terlihat duduk di depan perapian menghangatkan diri. Kududuk di sampingnya dan bertanya apakah ada pemandu yang dapat mengantarku mendaki ke puncak gunung. Ia menjawab bahwa ia sendiri yang akan memanduku.
"Kau yang akan memanduku ? apakah tak ada pemandu lainnya ?", tanyaku padanya.
"Karena kau menginap di penginapanku maka aku harus bertanggung jawab, termasuk saat kau mendaki gunung".
Sekarang aku tahu bahwa penginapan ini adalah miliknya dan ia menjalankan bisnisnya ini seorang diri ? sebagai penjaga penginapan, pelayan cafe kecil, dan seorang pemandu ? aku tak bisa membayangkan kecuali mengakui kerja keras menjalankan usahanya. Kulihat beberapa orang yang menginap di penginapan kecil ini harus disiapkan sarapan dan makan malamnya. Ia pun menawarkan beberapa masakan khas yang ia buat sendiri di dapurnya.
"Jadi kapan kau ingin naik gunung ?" tiba-tiba ia memotong lamunanku.
"Oh.., ya.., ehm.., besok pagi. Bisakah besok pagi ?" tanyaku tegesa-gesa