Mohon tunggu...
Yuniarto Hendy
Yuniarto Hendy Mohon Tunggu... Jurnalis - Dosen Bahasa Indonesia di Beijing

Youtube: Hendy Yuniarto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pemandu Karaoke

22 Februari 2020   13:42 Diperbarui: 22 Februari 2020   22:06 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Karaoke (dokpri)

Pernah ia terpikir untuk melamar kerja di Jawa, namun niat itu ia urungkan karena ingin lebih dekat dengan keluarga. Sebagai perempuan ia ingin menemani ayah ibu yang sudah menua dan tak kuat lagi kerja di ladang.

Hari berganti, bulan baru datang, lamaran pun belum ada tanggapan. Sampai bulan berikutnya ia mendapat jawaban untuk tes dan wawancara. Ia menerima pengumuman di bulan berikutnya bahwa ia tak lolos. Satu proses lamaran bisa memakan waktu satu hingga tiga bulan.

Ia heran dengan beberapa perusahaan yang tak menerimanya. Sampai pada akhirnya ia berasumsi bahwa saingannya yang berasal dari pulau Jawa lah yang diterima. Saingannya memiliki ijazah kampus negeri ternama. Selain itu mereka juga memili banyak sertifikat, termasuk bahasa asing.

Rini merasa tak berbeda dengan yang lain, hanya saja ia merasa kurang beruntung. Banyak pendatang dari Jawa yang dengan mudah bekerja di kota ini, namun bagi orang asli, sekolah pun sangat sulit karena jumlah sekolah, guru, dan fasilitas yang kurang. Padahal ia tahu bahwa emas hitam dari pegunungan itu menghasilkan keuntungan, namun tak serta merta untuk pembangunan di daerahnya, malah banyak dibawa ke luar pulau, bahkan ke luar negeri.

Meskipun ia paham teori-teori ekonomi dan sosial yang tak kalah dengan alumnus universitas di Jawa, namun ia merasa tak berdaya. Ia sekarang menghadapi kenyataan yang jauh berbeda. Angan-agannya dulu tentu bukan harapan yang semanis madu. Namun dengan tetap bersabar ia menanti ada perusahaan yang menerimanya bekerja.

Sudah 8 bulan Rini menganggur, tak tahu apakah ia masih akan berusaha untuk melamar ke beberapa perusahaan atau pulang ke kampung. Pilihan pulang kampung saat ini adalah pilihan yang hina, karena janji untuk menyenangkan orang tuanya.

Uang tabungannya makin lama-makin menipis. Ia memperkirakan akan habis 3 bulan lagi jika pengeluaran per bulannya tetap sama.

Satu jalan lama ia terpaksa ia lalui lagi. Rini tak akan menganggap pekerjaan ini adalah kutukannya. Bos KTV Ria menerimanya dengan riang hati. Pemandu karaoke terfavorit kembali lagi dan para tamu yang mendengar kabar ini segera memesan untuk menyambut kedatangannya, serta menikmati pelayanannya yang sabar dan ramah.

Rini berjanji, bahkan bersumpah dari hati dan pikirannya, seperti dendam yang akan ia tuntaskan. Ia akan keluar begitu ia mendapat pekerjaan yang memanusiakan manusia. Ia tak mau selamanya menjadi pemandu karaoke.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun