Mohon tunggu...
Yuniarto Hendy
Yuniarto Hendy Mohon Tunggu... Jurnalis - Dosen Bahasa Indonesia di Beijing

Youtube: Hendy Yuniarto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bukan Perempuan Sisa

12 Februari 2020   15:15 Diperbarui: 12 Februari 2020   15:13 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku akan berkenalan dan kencan dulu, seperti kencan buta di program televisi yang konyol dan palsu itu. Aku harus menghormati orang tuaku. Aku tidak akan serta merta mengatakan tidak, hanya akan kukenalinya terlebih dahulu." Jawabnya masuk akal.

"Masyarakat di sini memang cukup realistis, juga pragmatis." Komentarku singat.

"Jadi kau sudah tahu kan, hanya pura-pura bertanya saja atau kau ingin memastikan." Ia menanggapi semakin serius.

"Setiap orang pasti punya pendapat dan pendiriannya sendiri, seperti yang kau ceritakan tadi. Aku hanya ingin mendengar darimu." Yakinku kepadanya.

 "Aku menceritakan hal yang umum terjadi di negeriku sekarang, ada hubungannya denganku namun tak banyak. Jangan kau anggap semua perempuan di sini semuanya berambisi jadi perempuan-perempuan kuat, yang sampai akhirnya dicap perempuan sisa, tidak."  

"Tak juga aku berpikir seperti itu. Hanya berusaha untuk.."

"Berusaha apa ? meskipun kau paham tentang masyarakat di sini, namun kau tak bisa sembarangan menghakimi, atau bahkan tak mungkin mengubah." Kembali ia menjadikan tanggapanku sebagai kritikan tajam.

"Tunggu dulu, Meilin, aku belum berkomentar banyak." Aku buat-buat saja namanya Meilin. Itu nama yang cantik.

"Meilin ?" tanyanya cepat.

"Iya, aku panggil kau Meilin saja, Mei berarti cantik, dan Lin berarti hutan." Jelasku. Padahal ia pasti tahu tanpa aku jelaskan konteksnya.

"Namaku bukan Meilin, namaku Meijin, hanya sama pada arti Mei saja." Ia akhirnya memberikan namanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun