Tempat pertama yang kami kunjungi adalah patung perunggu pemimpin pertama dan kedua, yaitu Kim Il Sung dan Kim Jong Il. Kita diminta untuk mengambil bunga meletakkannya di bawah patung tersebut dengan diiringi alunan irama mengeningkan cipta. Di patung tersebut kita tidak diperkenankan untuk berfoto sendiri, melainkan harus dengan kamera yang dibawa pemandu.Â
Setelah berkunjung ke pabrik kosmetik kita melanjutkan perjalanan ke salah satu taman kanak-kanak. Kita mengunjungi TK tersebut dan melihat pengajaran dan pembelajaran yang sedang dilakukan. Kita melihat dari kelas per kelas bagaimana guru-guru mengajar berbagai  pelajaran. Salah satu yang saya lihat adalah kelas memainkan alat musik piano. Setelah mengunjungi beberapa kelas kita juga melihat pertunjukkan anak-anak bernyanyi dan bermain musik di aula pertunjukkan.Â
Selain murid-murid, guru juga terlibat bergabung memainkan alat musik bersama. Setelah mengunjungi TK, kami melanjutkan ke tempat kunjungan berikutnya, yaitu museum nasional. Di museum nasional dijelaskan tentang sejarah Korea Utara, terutama peran pemimpin dalam perjuangan mendirikan negara pada saat itu. Setelah berkunjung ke museum nasional kita berkunjung ke museum sejarah. Di museum sejarah dijelaskan tentang sejarah Korea Utara dari masa prasejarah hingga masa dinasti atau kerajaan.Â
Oleh karena itu, kita juga mendapatkan makanan seperti Kim Chi dan Leng Mian (semacam mi). Setelah makan bersama dan menyaksikan pertunjukkan maka kita menuju ke toko oleh-oleh untuk membeli makanan khas dan suvenir Korea Utara. Produk makanan mereka kebanyakan adalah makanan kecil seperti kue, permen, coklat, serta minuman soda, bir, dan arak. Selain itu juga ada hasil unggulan Korea, yaitu gingseng.Â
Perjalanan diakhiri dengan pengecekan di imgrasi perbatasan. Petugas akan mengambil kamera-kamera kami untuk diperiksa. Mereka berhak menghapus foto-foto yang dianggap tidak diperkenankan untuk diambil. Tidak ada alasan yang tepat untuk dijelaskan foto yang seperti apa yang tidak boleh diambil. Setahu penulis adalah foto dengan pose yang menirukan gaya pemimpin Korut. Namun alasan ini juga tidak begitu jelas.
Selama berkunjung ke Korut, penulis sering berkomunkasi dengan pemandu wisata karena hanya dengan bahasa Inggris ataupun Mandarin dapat berkomunikasi. Mereka mengatakan bahwa pariwisata di Korut akan dikembangkan dan semakin terbuka untuk orang asing. Tentu saja keterbukaan tersebut masih disertai dengan banyak larangan dan keterbatasan yang harus dipatuhi semua tamu yang berkunjung demi kelancaran.Â
Tidak jarang peringatan untuk tidak memotret ataupun tidak berjalan sendiri melainkan tetap bersama rombongan. Selain itu, pemandu wisata juga seringkali menanyakan tentang seperti apa negara Indonesia. Mereka hanya tahu Indonesia adalah negara kepulauan. Dengan rasa ingin tahu itulah diharapkan tamu-tamu asing dapat memberikan pengetahuan kepada mereka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H