Mohon tunggu...
Yudhis Manoppo
Yudhis Manoppo Mohon Tunggu... -

iris

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Obama vs Xi Jinping, Dilema Sang Adidaya Menghadapi China's New World Power

21 September 2014   07:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:03 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BRICS juga akan mendirikan lembaga keuangan baru serupa Bank Dunia yaitu New Development Bank, yang selanjutnya bank baru tersebut akan menyediakan pinjaman bagi sejumlah proyek infrastruktur di negara-negara berkembang. Yang tentu saja kedepanya akan menjadi alternatif untuk mengubah sistem finansial yang sekarang ini sedang berjalan.

Pendirian lembaga keuangan baru oleh BRICS ini bisa dibaca sebagai upaya negara-negara berkembang tersebut mematahkan dominasi negara-negara barat dalam perekonomian dunia. Dengan lembaga keuangan baru ini, mereka tentu ingin memiliki suara yang lebih keras dalam penentuan kebijakan ekonomi global. Setelah perekonomiannya tumbuh pesat dalam 10 tahun terakhir, lima negara tersebut menyumbang hampir seperlima atau 20% dari kegiatan ekonomi dunia (output).

Lucunya, masing-masing dari anggota BRICS tersebut adalah "alumnus" kreditur IMF, mereka telah merasakan pengalaman yang menyakitkan dengan dominasi keuangan Barat. Kelimanya merasa tersiksa dengan sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat, seperti adanya persyaratan pemotongan anggaran demi memenuhi ketentuan IMF dalam memberikan pinjaman. Rusia contoh mudahnya, negara ini dibebani hutang milliaran USD sejak runtuhnya sovyiet, dan baru bisa melunasinya pada awal tahun 2001. Nah sejak itu, Rusia enggan untuk meminjam lagi atau meminta bantuan dari IMF atau lembaga keuangan Barat lainnya, karena Rusia menilai lembaga-lembaga keuangan itu sebagai predator.

Dari semua hal tersebut terlihat jelas, bagaimana Tiongkok secara aktif berusaha mengurangi hagemoni AS dan sekutunya, seperti mendukung pendirian Development Bank BRICS , dan contoh-contoh lainya.

Penulis menilai, kemajuan power dari Tiongkok ini akan mendapat perhatian besar bagi AS dan negara-negara barat lainya. AS tidak akan "berani" bersikap frontal terhadap Tiongkok, karena kepentingan AS sendiri dengan Tiongkok sangatlah besar, begitu juga dengan negara-negara di Eropa. Karena sudah sudah tidak menjadi rahasia umum lagi bahwa semua negara-negara maju dunia ingin "terhubung" dengan midlle class-nya Tiongkok, dengan 1 milliar mulut yang butuh untuk konsumsi di tiap harinya tentu saja itu menjadi daya tarik investor terhadap Tiongkok sendiri, belum lagi konsumsi luxury brand dan luxury good-nya.

Lihat aja contoh mudahnya tentang 'power' dari tiongkok sendiri, kemarin Alibaba, perusahaan IT dari Tiongkok melakukan listing di NSYE (BEJ-nya Amerika), ternyata kapitalisasi pasarnya besar dan mengalahkan site sejenis seperti E-bay dan Amazon, dan hari inisahamnya sudah naik 28% dari harga IPO (initial public offering) kemarin, atau dengan harga 68 USD/ lembar saham.

Diakhir kata penulis hanya ingin mengutip petuah jaman dahulu, dimana banyak orang tua kita yang memberi nasihat untuk "belajar sampai negeri China", hal inilah yang mungkin dimaksud dalam petuah tersebut, Tiongkok mempunyai "sikap".  Sedangkan di Indonesia ?, para petingginya saja opini-nya sudah seperti muter kaset yang diulang-ulang dan tidak ada hal yang baru, jadi ya tidak kaget kalau Indonesai sekarang hanya menjadi "macan ompong" bukan macan asia seperti dahulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun