Mohon tunggu...
Frans Komodo
Frans Komodo Mohon Tunggu... Sales - Penyintas

Penyuka keragaman daerah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pasca Risma, Surabaya Harus "Next Level"

21 Oktober 2020   16:24 Diperbarui: 21 Oktober 2020   16:29 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : website Pemkot Surabaya

Tokoh jahat minak jinggo dan lainnya adalah berasal dari daerah ini. Saat itu Banyuwangi dapat sedikit menarik, karena merupakan pintu gerbang menuju Bali dari pulau Jawa.

Bicara pembangunan ekonomi, saat ini harus diakui Banyuwangi memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan Surabaya. Meskipun jika berbicara produk domestik bruto, tentu Banyuwangi masih tidak ada apa-apanya dibandingkan Surabaya. 

Mungkin saja, 50 tahun kedepan secara ukuran, termasuk PDB bisa saja Banyuwangi akan mengalahkan Surabaya. Siapa sangka negara Tiongkok yang di tahun 1980 an masih belum menembus 20 besar negara PDB dunia, sejak tahun 2010 atau hanya 30 tahun sudah menjadi negara dengan PDB terbesar di dunia.

Persoalan Kota Surabaya yang akan menjadi pekerjaan rumah walikota terpilih diantaranya adalah :

  • Banjir. Masalah klasik yang meskipun sudah dilakukan upaya kerja keras, banjir masih terjadi. Butuh terobosan agar solusinya menjadi lebih permanen
  • Kemacetan. Tidak dapat dipungkiri, kemacetan Surabaya sudah mulai menjengkelkan. Pembangunan frontage maupun MERR masih harus didukung dengan upaya lain, termasuk salah satunya adalah pemerataan/menggeser pusat ekonomi agar ada distribusi beban.
  • Recovery ekonomi pasca wabah Covid-19. Sebagai kota jasa, maka dampaknya akan lebih terasa dibandingkan dengan daerah yang mengandalkan komoditas. Ekonomi Surabaya yang ditopang oleh jasa seperti MICE, hotel dan lainnya sangat terasa.
  • Pemerataan pembangunan. Masih terlihat pembangunan kota, dalam hal ini secara infrastruktur terpusat di kota dan daerah barat. Wajah ekonomi di Surabaya Utara dan Timur, seperti sulit berkembang. Nampak ketimpangan yang nyata di barat dengan wilayah utara/timur. Pembangunan ekonomi berbasis pasar harus digerakkan, revitalisasi pasar sebagai alternatif pusat ekonomi rakyat harus dilakukan agar masyarakat pinggiran dapat terberdayakan.

Menarik melihat sistem pemerintahan dengan sistem korporasi. Terkadang pemegang saham korporasi memilih mengangkat CEO dari luar (bukan pegawai) karena ingin melihat overview yang lebih luas ditengah persaingan yang ketat. 

Terlihat Google, Apple, Alibaba telah menerapkan hal ini. Memang Tim Cook berasal dari Apple, tetapi sejatinya dia adalah orang luar yang dengan talenta yang dimiliki dibujuk oleh Steve Jobs untuk bergabung ke Apple. 

Terlihat meski ditinggalkan Steve Jobs, justru Apple makin moncer dan menjadi perusahaan dengan kapitalisasi terbesar di dunia sebelum dikalahkan Amazon.

Sosok kepemimpinan Surabaya yang dominan dari birokrasi seperti Risma, Bambang DH (mantan anggota DPRD), Sunarto dll memang mampu menjaga Kota Surabaya tetap stabil, sehingga modal besar kota ini dapat dijaga dengan baik. 

Namun diera keterbukaan, digitalisasi dan tentu saja pandemi Covid-19, maka sosok pemimpin Surabaya harus berada pada "Next Level". Menjalankan kepemimpinan yang lebih kolaboratif, partisipatif serta inovasi kekinian seiring tren digitalisasi adalah upaya membawa Kota Surabaya menuju "Next level".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun