Kota Surabaya telah menjadi rujukan bagi Bupati/Walikota di Indonesia. Berbagai prestasi dan kinerja moncer Kota Surabaya, memang wajar jika kota pahlawan ini menjadi perbincangan. Bahkan hiruk pikuk Jakarta pun sering dikaitkan dengan Surabaya. Â
Sosok yang telah merubah kota Surabaya sampai seperti ini, tidak lain adalah Bu Risma. Walikota Surabaya selama 2 periode yang tingkat keterpilihannya dapat dikatakan "mutlak" dengan selisih yang sangat besar dibandingkan lawannya.
Penghargaan kota Surabaya tidak hanya level nasional, bahkan internasional. Sehingga Sosok Risma selalu muncul ketika ada dinamika ponnlitik nasional maupun daerah lainnya.Â
Bagaimana netizen ramai memperbincangkan Pilkada DKI tahun 2017, atau menyebut-nyebut nama Risma sebagai salah satu kandidat menteri Presiden Jokowi setelah piplres 2014 maupun 2019. Sehingga seolah-olah warga Kota Surabaya diberkahi dengan sosok pemimpin kelas nasional yang memberikan kemajuan bagi kota Pahlawan.
UU tidak memungkinkan Risma untuk mencalonkan diri ketiga kalinya. Siapapun akan mengatakan, jika Risma diperbolehkan mencalonkan diri, maka dipastikan akan terpilih kembali. Menarik melihat Kota Surabaya pasca era Risma.
Apakah Kota Surabaya sudah menjadi kota yang sempurna, tentu saja jawabannya adalah belum. Pembangunan di Surabaya sudah maju, itu harus diakui. Indeks ekonomi Surabaya berada di atas rata-rata kota di Jawa Timur, itu juga harus diakui pula.Â
Namun ternyata, selama kepemimpinan Risma, ada daerah lain di Jawa Timur yang kinerjanya diatas Kota Surabaya. Ini tentu menjadi ruang perbaikan bagi siapapun yang akan terpilih menjadi Walikota pada PIlkada Desember 2020.
Surabaya sudah memiliki modal pembangunan yang besar dari berbagai sisi. Sehingga dengan jeli, selama kepemimpinan Risma membangun kota dari perspektif publik seperti perbaikan taman, lokasi bekas pembuangan sampah diubah menjadi taman, ruang terbuka yang semakin banyak untuk interaksi warga Surabaya, membangun governance dengan penerapan IT untuk berbagai layanan guna memangkas birokrasi.Â
Bahkan beberapa pihak mengatakan, Kota Surabaya itu bisa "autopilot", gak butuh pemimpin karena semua sudah berjalan, keterlibatan masyarakat dan kalangan dunia usaha sudah kuat.
Berbicara pembangunan daerah, maka tingkat keberhasilan mesti dalam perspektif jangka panjang. Membandingkan hal tersebut, maka kira-kira 10 tahun yang lalu bagaimana potret Surabaya dan potret Banyuwangi. Maka dapat dikatakan ibarat bumi dan langit, jauhh sekali perbedaannya.Â
Setiap pegawai yang dimutasi ke Banyuwangi tentu merasa ditugaskan di ujung Jawa yang terpencil, terlebih dalam mitos dan cerita jaman dahulu, Banyuwangi kental dengan sebutan daerah jahat.