"Separuh oksigen dari nafas yang kita hirup, disumbang dari lautan". Demikian pernyataan Sven Beer, ahli fotosintesa di perairan laut.
Membaca tulisan Beliau, sebagai insinyur teknik, rasanya skeptis dan gak masuk akal. Bapak Sven ini terlalu melebih-lebihkan situasi, dan kayaknya terlalu mendramatisir. Bukunya langsung Penulis taruh, walau sudah separuh terbaca.Â
Lima tahun kemudian, Penulis masuk ke laboratorium kualitas perairan di Bali. Setelah diskusi dengan para laborannya, ternyata di air danau, air sungai, air got, air comberan, air mandi, dan semua yang ada airnya, pasti mengandung alga. Ada yang ukurannya mikro (renik), seperti  "dino-flagellata"; ada yang ukurannya makro (besar), seperti rumput laut dan terumbu karang.
Alga inilah yang melakukan fotosintesa sinar matahari menjadi oksigen. Dia itu sejenis tanaman berukuran renik, yang juga bisa menjadi makanan hewan-hewan air bertipe herbivora, contohnya ikan Mas dan ikan Mujair kalau di perairan danau.
Bayangkan saja, di laut yang begitu luas ada begitu banyak alga jenis renik/mikro, yang terkenal dengan istilah fito-plankton ("phyto-plankton"). Alga-alga ini berada pada kolom air sedalam 50 meter (rerata maksimal dari penetrasi sinar matahari). Lebih tinggi dari pohon-pohon di hutan.
Pohon-pohon di darat sekarang ini maksimal ketinggiannya 20-30 meter, berdasarkan pengalaman Penulis, saat keluyuran di berbagai negara dan provinsi. Jadi wajar, kalau sumbangsih oksigen di bumi ini 50 persen dikirim dari ekosistem lautan. Hitung-hitungan detailnya ada di bukunya Pak Sven Beer.
Sekarang paham sudah, konsep dan perhitungannya dari mana. Ternyata ekosistem ini vital sekali.
Vitalitas Ekosistem Laut
+ Berapa vitalnya sih, ekosistem laut?Â
- Sangat vital seperti "alat vital" dan aset vital negara. Mereka harus dilindungi.
+ Dasarnya apa, kok Ekosistem laut sangat vital sekali?