Mohon tunggu...
Handy Chandra Bassang
Handy Chandra Bassang Mohon Tunggu... Konsultan - Sekadar mengisi waktu (kalau ada) || Semoga bermanfaat || E Cogito Ergo Sum

Maritime Business

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Belanda, Pecandu Bisnis Reklamasi

7 Juli 2020   22:37 Diperbarui: 8 Juli 2020   09:16 2693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta provinsi di Belanda. Sumber: Netherlands-he.svg via wikipedia.org

Berita tentang kegaduhan ijin reklamasi pantai Ancol, pada koran Kompas edisi Sabtu, 04 Juli 2020, menggelitik memori-memori indah pada negeri Raja Reklamasi, Belanda. 

Saya sama sekali tidak minat untuk tahu siapa yang benar soal hukum. Tidak juga tentang siapa yang unggul secara politik. Tidak ada sama sekali.

Berita koran itu, hanya memunculkan kembali memori-memori bagus di negara yang menikmati kemewahan dan kenyamanan hidup dari hasil reklamasi. Pengalaman ke negara-negara pro-reklamasi membuat pengalaman menikmati kemewahan dan kenyamanan tersebut lebih hidup.

Jepang, Mesir, Panama, Singapura, Belanda dan Louisiana-USA adalah negara (negara bagian untuk di Amerika) yang menikmati manfaat sosial, kecantikan lansekap dan pertumbuhan ekonomi dari reklamasi. Masih banyak yang lainnya. Namun sepengetahuan saya, negara-negara itu semua melakukan reklamasi dan mendapat manfaat ekonomi. 

Ada dua cara melakukannya, yaitu reklamasi dengan teknik mengeringkan laut (polder) ataupun menimbun laut dengan tanah (land-fill).

Dua kali mengikuti pelatihan tahun 2011 dan 2017, masing-masing di Wageningen University dan Twente University. Semoga bisa sampai yang ke lima. Semuanya memberikan kesan manis dan ingin balik lagi, serta kecerdasan rekayasa sipil the dutchman.

Kesan manis terhadap infrastruktur, sarana, prasarana, hutan buatan dan tata ruang diatas lahan reklamasi terasa saat keluyuran. Baik keluyuran resmi (study tour) maupun keluyuran pribadi.

Kalo soal cerdas, biar fakta yang bicara. Tiap tahun ratusan mahasiswa dari Indonesia belajar ke sana. Lebih dari 2500 mahasiswa Indonesia belajar disana, berdasarkan data Nuffic-Neso (Netherlands Education Support Office) Indonesia tahun 2019. 

Tokoh menteri yang alumni Universitas di Belanda adalah Menteri Luar Negeri, Ibu Retno Marsudi. Juga Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Ibu Siti Nurbaya Bakar.

Memori indah berikutnya, adalah waktu pertama kali mendarat di bandara Schiphol. Kaget bukan main, ketika diumumkaan di pesawat, bahwa bandara ini berada 5 m di bawah permukaan laut Utara (North sea, Belanda: Noord zee). Membayangkan akan melihat laut saat turun tangga pesawat, eh ... malah sepanjang mata melihat hanya hamparan lahan komersial dan pertanian. Reklamasinya masif sekali.

Masuk dalam bandara, tata ruangnya rapi, bersih, deretan toko indah dilihat dan lega pedestriannya serta petugasnya ramah. Tidak seperti ke Amerika, petugas-petugas imigrasinya bermuka kotak.

Ini bandara adalah hasil dari teknik reklamasi bernama polder. Maksudnya, kita membuat daratan dari kawasan laut, dengan cara mengeringkannya. Bukan menimbunnya (land-fill). Mantap kan? Laut dikeringkan lalu jadi bandara dan kawasan komersial.

Flevoland

Memori cakep selanjutnya adalah saat keluyuran di provinsi Flevoland. Ini merupakan monumen kedigjayaan proyek reklamasi di Belanda. Seratus persen provinsi dari hasil reklamasi dengan teknik penimbunan (land-fill). Iya, anda tidak salah baca, 100% danau (dulunya laut) ditimbun lalu menjadi provinsi kedua belas (12).

Dengan luas wilayah reklamasi sekitar 2.400 km persegi, Flevoland merupakan provinsi terluas nomer 6 dari 12 provinsi. Sangat mengejutkan juga, ternyata provinsi baru hasil reklamasi lebih luas dari provinsi lain yang lebih tua. Populasinya nomer 8 terbanyak. Sedangkan ekonominya (produk regional bruto per kapita) nomer 9. Inilah serangkaian fakta bahwa lahan reklamasi, jika dikelola dengan baik, pasti memajukan ekonomi.

Cornelis Coffeman, kolega dari desa Urk di provinsi Flevoland, adalah orang yang mengantar berkeliling. Dari Lelystad, Ibu kota provinsi, berkeliling pesisir desa (yang dulunya pesisir laut, dan sekarang jadi pesisir danau).

Mari belajar sejarah sejenak. Agar sama pengetahuan kita, tentang waduk Ijsselmeer (baca: ai-sel-mer). Dulu, sebelum jadi waduk (danau buatan), wilayah ini adalah lautan teluk yang terbuka ke laut Utara. 

Untuk mencegah terjadinya banjir pada daerah sekitarnya, maka pemerintah melakukan mitigasi, dengan membangun dam/bendungan bernama Afsluidijk (baca: af-sloit-daik) tahun 1927-1932. Dam inilah yang merubah air asin di teluk (dahulu) dan kemudian menjadi air tawar (saat ini), dan diberi nama Ijsselmeer. Rata-rata kedalamannya 5 m.

Kembali lagi, kami lalu lanjut ke Pabrik Pengolahan ikan, diteruskan ke Kantor Pelelangan Ikan, kemudian ke tempat belanja barang bermerek (Batavia Stad Factory Outlet), lanjut ke Museum Perikanan, Monumen korban musibah kapal ikan yang tenggelam dan terakhir ke sekolah perikanan tertua di Belanda.

Waktu ke sekolah perikanan, dia sangat dihormati. Selidik informasi ke guru disana, ternyata dia mantan Kepala Sekolah disitu. Gegara reklamasi, dia kemudian menjadi Komisaris di perusahaan perikanan yang berinvestasi disitu. 

Dengan perubahan danau jadi daratan, dia naik status jabatan dan pendapatan. Bagi masyarakat di Urk, reklamasi merubah teritorial pasif menjadi komersial aktif.

Ketika proses reklamasi bagian timur danau Ijsselmeer menjadi daratan pulau, Cornelis masih jadi Kepala Sekolah Perikanan di Urk. Saat itu, belum ada industri perikanan, karena tidak ada lahan darat.

Sebuah foto ditunjukkannya, terlihat kondisi pulau Urk dari udara yang terisolasi di danau Ijsselmeer. Sebuah pulau tanpa harapan, tidak ada kemajuan selama ratusan tahun dan nihil prospek positif.

Setelah Urk menjadi bagian dari pulau Flevo, lalu provinsi berdiri tahun 1986, investor masuk membangun pabrik, sistem logistik produk perikanan dan tenaga kerja dari luar Belanda masuk. Kami ketemu dengan orang Vietnam, orang dari Eropa Timur dan dari Turki yang bekerja di pabrik-pabrik pengolahan ikan disana.

Pemerintah membangun Pusat Pelelangan Ikan, fasilitas infrastruktur listrik, air, jalan dan kereta api, juga pelabuhan dan kapal ferry. Tidak lupa Bandar Udara dan stadion sepak bola. 

Akhirnya pada tahun 2001, sebuah klub sepak bola baru lahir dari provinsi baru ini, bernama FC Almere City. Bermain di liga divisi kedua, dibawah divisi utama (Eredivisie).

Flevoland bagi saya adalah provinsi yang unforgettable. Bukan karena baca buku petunjuk wisata, bukan pula dari browsing Google, bukan juga dengar kata orang. Ini provinsi pertama di dunia hasil reklamasi yang dilihat sendiri, dijelajahi sendiri, dengar langsung dan ngobrol sendiri sama pelaku sejarah.

Masih ada sekitar 6 provinsi lain terkait reklamasi di Belanda, kapan hari akan coba saya ceritakan.

Dari tadi kok bicara memori indah. Bisnisnya bagaimana? Kok gak ada sama sekali?

Bisnisnya sederhana. Kalau to the point ceritanya, kan kurang elok.

Saya buat sederhana saja yah.... Bisnis reklamasi pada neraca akan menambah nilai perusahaan lewat pos fixed asset (FA), berupa lahan. Kemudian, dari FA kita bisa dapat pinjaman (liabilities) dari bank untuk mengembangkan properti komersial selanjutnya. Dari FA mendapatkan CA (cash asset). 

Selanjutnya silakan buat rencana bisnis, untuk memutar CA tersebut. Barang mudah itu. Banyak bisnis saya berhasil berjalan sukses sampai sekarang.

Well... , the conclusion is: 

Reklamasi, secara ekosistem alam dan ekosistem ekonomi, adalah pengelolaan kawasan (spatial planning & management) secara profesional, yang di dalamnya ada aspek konservasi alam, akomodasi budaya dan kepentingan nasional dan logis secara bisnis.

Lantai 5, Pasir Putih, Ancol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun