Anto pura-pura tak mendengar. Ia masuk ke rumah kemudian menyalakan TV. Virus baru yang disebut dengan nama Covid-19 sedang menjadi berita terkini. Dijelaskan pula oleh sang penyiar di TV itu tentang gejalanya yang menyerupai flu. Penularannya bahkan cukup mudah, melalui percikan air liur atau bersin penderita yang kemudian masuk melalui mata, hidung, dan mulut.
Virus itulah yang kini diduga kuat hinggap di tubuh Ningsih. Setiap hari Ningsih berjualan sayur di pasar. Mungkin memang tak aneh jika ia tertular karena berinteraksi dengan banyak orang.
Perasaan Anto menjadi campur aduk tak karuan. Ia merasa sedih sekaligus kasihan kepada wanita yang hendak ia jadikan istri tetapi ditolak mentah-mentah oleh bapaknya sendiri. Tak ada lagi yang bisa Anto lakukan. Ia kepalang janji dengan bapaknya untuk menyelesaikan hubungannya dengan janda itu.
....................................................................................
"Tok ... tok ... tok...." Anto mengetuk pintu kamar Pak Darmin. Putranya itu mengajaknya makan malam. Namun, tak ada jawaban dari dalam. Anto mengetuk pintu sekali lagi. Merasa tak digubris bapaknya, Anto makan malam sendirian. Ia mengambil bagiannya, dan menyimpan kembali bagian bapaknya di dalam lemari. Karena merasa ngantuk, Anto langsung pergi tidur di kamarnya
Lain hal dengan Pak Darmin. Sejak masuk kamar tadi sore, matanya tak terpejam sedetik pun. Padahal, masalah yang membuatnya uring-uringan sudah tuntas. Putranya telah mengucap janji dan bahkan Ningsih saat ini tak ada di rumahnya. Namun, tetap saja ia tak bisa tidur.
Keesokan hari, Pak Darmin merasakan hal yang tak biasa. Selepas Asar, tubuhnya mulai demam disertai batuk dan pilek. Pak Darmin memilih berselimut di dalam kamar sambil mengingat betapa kemarin sore ia begitu kalap berhadapan dengan Ningsih.
Demi menjauhkan Anto dari Ningsih, Pak Darmin tak segan menampar Ningsih hingga tangannya membekas di pipi kiri janda satu anak itu. Ningsih yang marah kemudian meludahi Pak Darmin tepat di wajahnya. Pak Darmin semakin berang, ia menampar Ningsih sekali lagi. Tak mau kalah, Ningsih menyemburkan ludah lagi di wajah bapak kekasihnya itu. Ningsih sungguh kesal, ia meludah berkali-kali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H