Pelajaran Biologi memang memerlukan kesiapan, konsep yang abstrak harus dijabarkan secara detail terutama pemahaman terkait proses sains. Saya sebagai guru biologi merasa tertantang karena memiliki peran vital untuk segera adaptif, lebih kreatif, inovatif dan solutif dalam mengembangkan proses pembelajaran walaupun secara terbatas. Konsep Ki Hadjar Dewantoro tentang Taman Siswa inilah yang saya coba aplikasikan untuk membangkitkan motivasi belajar, menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan bagi para siswa guna mewujudkan Merdeka Belajar, salah satunya melalui pembelajaran ASIK (Autentik, Solutif, Inovatif, Komunikatif) Bervisi Life-long Learning di SMA Negeri 11 Semarang-Jawa Tengah.
Ini merupakan segelintir kisahku saat belajar biologi bersama anak-anak hebat penuh ceria dan semangat di SMA Negeri 11 Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Kejenuhan dalam belajar jelas mereka rasakan saat badai pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Kurang lebih sejak Maret 2020 Corona Virus Disease masuk ke negeri tercinta kita di Indonesia, alih-alih sektor dunia pendidikan merasakan dampak dahsyatnya dengan diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Belum lama anak-anak di sekolah kami telah melaksanakan Penilaian Tengah Semester (PTS). PTS kami lakukan secara daring (on-line), sehingga anak-anak dapat mengaksesnya dari rumah masing-masing. Khususnya pada kelas X SMA Negeri 11 Semarang hasil dari pelaksanaan PTS mata pelajaran Biologi cukup mempirhatinkan. Dari hasil analisis statistik ketuntasan siswa menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar aspek pengetahuan yaitu 69,86 dengan 19 siswa memenuhi KKM (52%), skor terendah 40, tertinggi 85. Sungguh hasil yang menjadi cambuk bagi saya sebagai guru yang mengampu mata pelajaran Biologi di kelas tersebut. Alih-alih mendapatkan nilai maksimal karena dilakukan secara daring, tetapi malah banyak siswa yang mengalami kesulitan dan nilai di bawah KKM.
Kini, dunia pendidikan serasa mendapatkan angin segar, sekolah kami dan beberapa sekolah lain sudah mendapatkan izin untuk menggelar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT). Kami merasa senang dan tentu menyambut dengan rasa optimis baik guru maupun siswa, terutama orang tua yang mayoritas meminta agar sekolah segera dibuka dan dilakukan pembelajaran tatap muka, tentu dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan Covid-19 agar pembelajaran bisa terus berlangsung.
Suasana hening takut dan seakan para siswa merasa aneh ketika harus kembali ke ruang kelasnya, tentu perlu adaptasi dan pembiasaan seperti sediakala. Hal ini jelas terasa pada saat diberlakukannya Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT), banyak siswa yang merasa harus beradaptasi dengan kondisi baru ini. Mulai dari harus mengisi form pemantauan setelah sepulang dari sekolah, mencuci tangan dengan sabun, dan cek suhu tubuh yang setiap pagi dilakukan oleh beberapa anggota Satgas Jogo Sekolah yang ada di sekolah kami. Kami juga memastikan tidak adanya siswa yang berkerumun selama pembelajaran berlangsung.
Saya juga melihat, para siswa merasa canggung, malu, dan pasif karena banyak konsep yang kurang bisa terserap dengan maksimal selama PJJ. Â Pada suatu hari di Kelas X SMA Negeri 11 Semarang. Perasaan hening terasa takut itulah pandangan siswa-siswi yang pertama kali melihat saya masuk di kelasnya. Terasa saya menjadi orang asing mengingat lamanya PJJ. Perlahan kita bangun komunikasi yang baik dan tentunya dua arah sehingga tercipta suasana harmonis dalam kelas. Tidak hanya itu tentunya muatan karakter juga saya berikan di sela-sela pembelajaran mengingat itulah kunci suskes utama pendidikan saat ini yang karakter mulai tergerus, apalagi oleh adanya pandemi Covid-19. Oleh karena itu, dalam pembelajaran biologi perlu mengaplikasikan suatu metode yang dapat membangkitkan gairah semangat siswa dan menciptakan konsep Merdeka Belajar di sekolah.
Pembelajaran Biologi saya coba terapkan secara interaktif, keterlibatan siswa dan aktivitas siswa dibutuhkan dalam membangun dan menemukan konsep sains, agar bisa dijelaskan secara logis khususnya pada materi Kingdom Fungi/Jamur. Saya mencoba mengarahkan para siswa khususnya di Kelas X SMA Negeri 11 Semarang agar dapat menerapkan prinsip science is fun, sehingga menjadikan PTMT lebih bermakna dan menyenangkan. Tidak cukup disitu, tentu saya sebagai guru mata pelajaran biologi juga mencoba melatih kemampuan science reasoning berbasis inquiry learning agar membiasakan siswa belajar secara mandiri, gotong royong, berpikir kreatif dan bernalar kritis yang merupakan beberapa cerminan Profil Pelajar Pancasila. Tidak bisa dielakkan lagi mengingat, sistem pendidikan ansional harus mengedepankan nilai-nilai Ketuhanan yang berkarakter, berakhlak mulia, serta unggul dalam inovasi dan teknologi "Joko Widodo dalam Pidato Presiden RI 14 Agustus 2020".
Pendekatan berbasis sains digunakan pada Kurikulum 2013 untuk mendorong siswa agar melakukan kegiatan observasi, bertanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengakomodasikan dengan objek pembelajaran secara langsung yaitu fenomena alam, sosial, seni dan budaya. Oleh karenanya, siswa saya ajak berperan aktif dalam pembelajaran. Kami melakukan pembelajaran tidak hanya di dalam kelas, melainkan siswa juga saya ajak agar terlibat dalam pembelajaran praktik yang dilakukan di Laboratorium Biologi di SMA Negeri 11 Semarang.
Pada kegiatan awal pembelajaran ASIK (Autentik, Solutif, Inovatif, Komunikatif) yaitu Autentik. Siswa saya bentuk menjadi beberapa kelompok, secara berkelompok para siswa menganalisis dan mengamati bahan autentik yang ditampilkan oleh guru berupa bunga mawar (tumbuhan Spermatophyta) dan juga baglog berisi jamur tiram. Tidak hanya itu sebelumnya saya juga sudah membagi kelompok tugas untuk siswa agar membawa beberapa bahan autentik jamur makroskopis lain (jamur merang, kuping, kancing) untuk dihadirkan di dalam kelas. Melalui kegiatan ini siswa merasa tertantang dan semakin menarik minat belajar karena mereka mengalami langsung proses pembelajaran dengan bahan autentik.
Para siswa terlihat antusias mengamati secara langsung bahan-bahan yang disajikan sebagai sumber belajar di kelas. Kemudian saya juga membagikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Praktikum mengenai jamur untuk digunakan siswa melakukan pengamatan makroskopis struktur tubuh jamur, karakteristik jamur, cara mendapatkan nutrisi, dan peran jamur dalam kehidupan. Terlihat jelas melalui tahapan ini proses critical thinking dan gotong royong diantara siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Esok harinya kita mempelajari jenis jamur mikroskopis, siswa melakukan pengamatan langsung dan terlihat kegiatan terfokus pada siswa (Student Centered Learning). Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar autentik skala laboratorium, terutama karena harus menggunakan alat-alat laboratorium seperti mikroskop, cawan petri, pipet dan lain-lain untuk mengamati jamur mikroskopis. Melalui mikroskop sungguh sangat menarik antusisas siswa, terlihat juga uji kinerja para siswa yang secara bergantian mengidentifikasi dan menemukan struktur tubuh dari jamur tempe, jamur oncom, dan jamur pada roti.
Pembelajaran ini merupakan salah satu alternatif dan upaya Solutif yang bisa aplikasikan pada materi jamur. Unsur inovasi dan kreativitas tentunya menjadi modal utama seorang guru. Kita sudah selayaknya sebagai guru harus lebih adaptif dan juga solutif, bekerja keras dan juga cerdas, mencoba memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa-siswi kita untuk membangkitkan gairah motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, agar tercipta pembelajar sepanjang hayat (Life-long Learning) yang mengarahkan pada pembekalan keterampilan dan kecakapan hidup secara berkelanjutan.
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) mengasyikkan Biologi inilah yang coba saya terapkan. Pembelajaran interaktif dan inovatif berikutnya saya mencoba memanfaatkan media permainan tradisional dakon. Tentu akan menjadi pertanyaan besar. Ini kenapa membawa dakon, kecik dakon dan kartu soal? Saya mencoba memadukan unsur budaya yang tentunya sarat makna dan dapat menjadi suatu media pembelajaran yang mengasyikkan.
Permainan dakon sudah saya modifikasi sedemikian rupa mulai dari aturan atau teknis permainan, dan juga terdapat beberapa kartu soal sehingga memungkinkan untuk digunakan dalam pembelajaran. Konsep bermain dan belajar muncul pada kegiatan ini, siswa diarahkan untuk bermain dan tanpa disadari mereka juga terlibat dalam pembelajaran yang bermakna. Permainan dakon yang dimasukkan memberikan kontribusi positif kaitannya dengan hasil belajar aspek sikap dan pengetahuan. Saya sebagai guru juga menggunakan game edukatif melalui permainan tradisional berbantuan kartu soal yang dapat diaskes oleh gawai canggih anak-anak didik saya dan terakhir melakukan penilaian harian di akhir pembelajaran menggunakan platform Microsoft Office Teams 365.
Sesuai arahan Mas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim "Jadilah Pelajar Pancasila yang banyak tanya, banyak coba, dan banyak karya". Saya mencoba memantik kreatifitas siswa melalui sebuah karya. Siswa saya coba arahkan untuk membuat penugasan projek sebagai tindak lanjut dari pembelajaran yang berlangsung berupa Kartu Identifikasi Smart (KIS) materi Fungi/Jamur. Kartu ini dibuat oleh siswa dengan memanfaatkan teknologi desain grafis seperti Canva for Education, Poster my Wall atau aplikasi lain. Unsur kreatifitas serta inovasi dalam pembelajaran berbasis IT juga tercipta melalui karya yang dihasilkan oleh siswa dan guru.
Pada tahap terakhir pembelajaran yaitu Komunikatif. Saya meminta perwakilan siswa untuk menyampaikan/mengkomunikasikan hasil diskusi dan praktikum di depan kelas secara bergantian. Pada tahap ini terlihat jelas kemampuan verbal, rasa percaya diri. Pada permainan tradisional dakon, siswa bekerja sama, bertanggung jawab untuk bisa menjawab secara mandiri pertanyaan yang diberikan oleh kelompok penjaga melalui kartu soal dalam permainan tradisional dakon.
Konsep Ki Hadjar Dewantoro tentang Taman Siswa inilah yang saya coba aplikasikan di SMA Negeri 11 Semarang. Taman Siswa ini menarik, Sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan tentunya representative untuk siswa (Pendidikan dilakukan secara interaktif dan asyik) dengan kata lain Pendidikan yang Humanis. Melalui Pembelajaran Biologi ASIK (Autentik, Solutif, Inovatif, Komunikatif) bervisi Life-long Learning yang saya terapkan di kelas X SMA Negeri 11 Semarang dapat merangsang kemampuan berfikir, keterampilan dan sikap siswa pada materi kingdom Fungi/Jamur. Adanya perasaan senang pada suasana kelas akan menimbulkan rasa nyaman dalam proses belajar, sehingga kegiatan belajar mengajar lebih bermakna dan menyenangkan
Semoga sedikit kisah ini dapat menginspirasi para guru hebat di seluruh Indonesia untuk terus berupaya memberikan yang terbaik untuk anak didiknya dalam mewujudkan Merdeka Belajar. Di dalam kelas saya sering mengatakan "Murid memiliki potensi yang besar, bahkan lebih pintar dibanding gurunya. Dan guru dikatakan berhasil jika murid melebihi karya gurunya di bidang apapun." Tetap berkreasi, berinovasi dan produktif karena pandemi bukan halangan untuk kita tetap belajar, berkarya, berinovasi dan tentunya tetap produktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H