Esok harinya kita mempelajari jenis jamur mikroskopis, siswa melakukan pengamatan langsung dan terlihat kegiatan terfokus pada siswa (Student Centered Learning). Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar autentik skala laboratorium, terutama karena harus menggunakan alat-alat laboratorium seperti mikroskop, cawan petri, pipet dan lain-lain untuk mengamati jamur mikroskopis. Melalui mikroskop sungguh sangat menarik antusisas siswa, terlihat juga uji kinerja para siswa yang secara bergantian mengidentifikasi dan menemukan struktur tubuh dari jamur tempe, jamur oncom, dan jamur pada roti.
Pembelajaran ini merupakan salah satu alternatif dan upaya Solutif yang bisa aplikasikan pada materi jamur. Unsur inovasi dan kreativitas tentunya menjadi modal utama seorang guru. Kita sudah selayaknya sebagai guru harus lebih adaptif dan juga solutif, bekerja keras dan juga cerdas, mencoba memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa-siswi kita untuk membangkitkan gairah motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, agar tercipta pembelajar sepanjang hayat (Life-long Learning) yang mengarahkan pada pembekalan keterampilan dan kecakapan hidup secara berkelanjutan.
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) mengasyikkan Biologi inilah yang coba saya terapkan. Pembelajaran interaktif dan inovatif berikutnya saya mencoba memanfaatkan media permainan tradisional dakon. Tentu akan menjadi pertanyaan besar. Ini kenapa membawa dakon, kecik dakon dan kartu soal? Saya mencoba memadukan unsur budaya yang tentunya sarat makna dan dapat menjadi suatu media pembelajaran yang mengasyikkan.
Permainan dakon sudah saya modifikasi sedemikian rupa mulai dari aturan atau teknis permainan, dan juga terdapat beberapa kartu soal sehingga memungkinkan untuk digunakan dalam pembelajaran. Konsep bermain dan belajar muncul pada kegiatan ini, siswa diarahkan untuk bermain dan tanpa disadari mereka juga terlibat dalam pembelajaran yang bermakna. Permainan dakon yang dimasukkan memberikan kontribusi positif kaitannya dengan hasil belajar aspek sikap dan pengetahuan. Saya sebagai guru juga menggunakan game edukatif melalui permainan tradisional berbantuan kartu soal yang dapat diaskes oleh gawai canggih anak-anak didik saya dan terakhir melakukan penilaian harian di akhir pembelajaran menggunakan platform Microsoft Office Teams 365.
Sesuai arahan Mas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim "Jadilah Pelajar Pancasila yang banyak tanya, banyak coba, dan banyak karya". Saya mencoba memantik kreatifitas siswa melalui sebuah karya. Siswa saya coba arahkan untuk membuat penugasan projek sebagai tindak lanjut dari pembelajaran yang berlangsung berupa Kartu Identifikasi Smart (KIS) materi Fungi/Jamur. Kartu ini dibuat oleh siswa dengan memanfaatkan teknologi desain grafis seperti Canva for Education, Poster my Wall atau aplikasi lain. Unsur kreatifitas serta inovasi dalam pembelajaran berbasis IT juga tercipta melalui karya yang dihasilkan oleh siswa dan guru.
Pada tahap terakhir pembelajaran yaitu Komunikatif. Saya meminta perwakilan siswa untuk menyampaikan/mengkomunikasikan hasil diskusi dan praktikum di depan kelas secara bergantian. Pada tahap ini terlihat jelas kemampuan verbal, rasa percaya diri. Pada permainan tradisional dakon, siswa bekerja sama, bertanggung jawab untuk bisa menjawab secara mandiri pertanyaan yang diberikan oleh kelompok penjaga melalui kartu soal dalam permainan tradisional dakon.
Konsep Ki Hadjar Dewantoro tentang Taman Siswa inilah yang saya coba aplikasikan di SMA Negeri 11 Semarang. Taman Siswa ini menarik, Sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan tentunya representative untuk siswa (Pendidikan dilakukan secara interaktif dan asyik) dengan kata lain Pendidikan yang Humanis. Melalui Pembelajaran Biologi ASIK (Autentik, Solutif, Inovatif, Komunikatif) bervisi Life-long Learning yang saya terapkan di kelas X SMA Negeri 11 Semarang dapat merangsang kemampuan berfikir, keterampilan dan sikap siswa pada materi kingdom Fungi/Jamur. Adanya perasaan senang pada suasana kelas akan menimbulkan rasa nyaman dalam proses belajar, sehingga kegiatan belajar mengajar lebih bermakna dan menyenangkan
Semoga sedikit kisah ini dapat menginspirasi para guru hebat di seluruh Indonesia untuk terus berupaya memberikan yang terbaik untuk anak didiknya dalam mewujudkan Merdeka Belajar. Di dalam kelas saya sering mengatakan "Murid memiliki potensi yang besar, bahkan lebih pintar dibanding gurunya. Dan guru dikatakan berhasil jika murid melebihi karya gurunya di bidang apapun." Tetap berkreasi, berinovasi dan produktif karena pandemi bukan halangan untuk kita tetap belajar, berkarya, berinovasi dan tentunya tetap produktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H