Mohon tunggu...
Johansyah Syafri
Johansyah Syafri Mohon Tunggu... Editor - Pelayan Publik

Kata Imam Syafi'i, "Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rajimun, Pahlawan Bangsa dari Desa Pasiran

4 Februari 2023   20:19 Diperbarui: 4 Februari 2023   21:33 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Plang nama Jalan Rajimun di Desa Pasiran, kini sudah "berubah arah" (Dokumentasi pribadi)

Plang nama jalan dengan corak rupa hijau dan tulisan Arab Melayu di bawahnya itu, tak lagi di posisi semula.

Plang bertiang setinggi sekitar 1,5 meter yang mulai berkarat tersebut, hanya menempel di bibir dinding parit beton.

Tersebab tak lagi di tempat sedia kala dan cuma melekat di dinding selokan, bila dipegang sedikit saja, terasa sekali dudukannya tak lagi kokoh.

Tak hanya itu, fungsinya sebagai pemberi informasi bagi jalan ke arah Pondok Modern Nurul Hidayah (PMNH) di Desa Pasiran, Kecamatan Bantan itu sudah "hilang".

Kini plang nama jalan itu "berubah arah", seakan menjadi papan data untuk Jalan H. Lebay Wahid.

Jalan H. Lebay Wahid merupakan jalan utama di Desa Bantan Tua. Untuk menuju Pondok Modern Nurul Hidayah, baik dari arah Bengkalis maupun Simpang Mama, mesti lewat jalan ini.

Rajimun. Itulah nama yang tertulis dengan huruf kapital warna putih di plang nama jalan yang paling singkat untuk menuju PMNH, lembaga pendidikan Islam yang didirikan 1 Januari 1989 tersebut.

Siapa pun yang baru sekali membaca nama di plang itu, hal pertama yang mungkin dan sangat cepat melintas dalam pikirannya, pemiliknya sebutan tersebut, pasti keturunan Jawa. Indikasi untuk itu memang kuat.

Kedua dan lumrah atau lazimnya memang demikian, akan terpikir jika yang empunya nama tersebut sudah tiada. Sudah berpulang menghadap Sang Khaliq, Tuhan Yang Maha Esa.

Di luar kedua kemungkinan itu, masih banyak asumsi atau landasan berpikir yang dianggap benar yang dapat berkait berkelindan mengapa jalan tersebut dinamai Jalan Rajimun. Misalnya, ia warga tempatan (tokoh masyarakat setempat), orang yang mewakafkan tanah untuk jalan itu, dan sebagainya.

Rajimun tak hanya sebuah nama dengan empat huruf konsonan dan tiga huruf vokal. Ia memiliki hubungan erat dengan sejarah perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Ceritanya begini. Tersebab masih ingin menguasai Indonesia dan mengingkari janji yang sudah disepakati antara kedua belah pihak pada Perjanjian Renville, Belanda melakukan penyerangan.

Penyerangan tersebut dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak. Operasi ini dalam bahasa Belanda disebut Operatie Kraai.

Operasi Gagak ini terjadi pada 19 Desember 1948. Diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia kala itu.

Selain itu, juga dilakukan penangkapan terhadap Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya.

Agresi Militer Belanda II juga berlangsung di Pulau Bengkalis. Perang Pedekik atau Perang Sosoh pada 9 Januari 1949 malam merupakan catatan sejarah yang tak terbantahkan.

Mengutip Riza Pahlefi dalam bukunya 'Bengkalis Negeri Jelapang Padi', setelah Perang Sosoh, Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan masyarakat yang tergabung dalam Pasukan Sabilillah, berundur ke Desa Selatbaru.

Memperoleh informasi itu, Pasukan Kompeni mengejar dan mengintimidasi masyarakat supaya menunjukkan tempat persembunyian TRI dan Pasukan Sabilillah.

Untuk memudahkan pengejaran, Pasukan Belanda mendirikan pos militer di Desa Bantan Tua.

Pos militer tersebut didirikan di lokasi yang saat ini lebih dikenal sebagai Simpang Mama.

Simpang Mama adalah pertigaan jalan menuju Desa Jangkang/Deluk dan Selatbaru/Resam Lapis dari arah Senggoro/ibu kota Kabupaten Bengkalis.

Sewaktu melakukan pengejaran terhadap TRI dan Pasukan Sabilillah di Desa Bantan Tua, ketika melewati sebuah jembatan (di dekat PMNH), Pasukan Belanda mendapati seorang penduduk Pasiran (kala itu masih menjadi bagian Desa Bantan Tua). Namanya Rajimun.

Ketika ditemukan Pasukan Belanda, Rajimun tengah bersembunyi di bawah jembatan tersebut sambil memegang senapan atau bedil.

Di tempat tersebut Rajimun gugur ditembaki Belanda sebagai salah seorang kusuma bangsa. Sebagai seorang pahlawan dari Desa Pasiran, Kecamatan Bantan.

Akankah namanya sebatas dijadikan sebagai nama jalan untuk mengenang jasanya dan tempat ia gugur dalam (ikut) mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945? Jawanya, bisa jadi.

Akankah plang nama Jalan Rajimun menuju PMNH di Desa Pasiran tersebut dibiarkan "berubah" arah dan tetap menempel di bibir parit beton untuk selamanya sampai tumbang tertiup angin? Sahut atau balasnya, juga bisa jadi.

Namun, jika kepala dan/atau perangkat Desa Pasiran dan/atau Pimpinan PMNH tahu hal itu, yakinlah, dalam waktu dekat plang nama Jalan Rajimun itu akan kembali berdiri kokoh di tempat semula jadi. Tak perlu menunggu lama hingga Hari Pahlawan, 10 November 2023.

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya," begitu kata presiden pertama Indonesia, Soekarno (1901-1970) dalam pidatonya pada peringatan Hari Pahlawan, 10 November 1961. *****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun