Ceritanya begini. Tersebab masih ingin menguasai Indonesia dan mengingkari janji yang sudah disepakati antara kedua belah pihak pada Perjanjian Renville, Belanda melakukan penyerangan.
Penyerangan tersebut dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak. Operasi ini dalam bahasa Belanda disebut Operatie Kraai.
Operasi Gagak ini terjadi pada 19 Desember 1948. Diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia kala itu.
Selain itu, juga dilakukan penangkapan terhadap Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya.
Agresi Militer Belanda II juga berlangsung di Pulau Bengkalis. Perang Pedekik atau Perang Sosoh pada 9 Januari 1949 malam merupakan catatan sejarah yang tak terbantahkan.
Mengutip Riza Pahlefi dalam bukunya 'Bengkalis Negeri Jelapang Padi', setelah Perang Sosoh, Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan masyarakat yang tergabung dalam Pasukan Sabilillah, berundur ke Desa Selatbaru.
Memperoleh informasi itu, Pasukan Kompeni mengejar dan mengintimidasi masyarakat supaya menunjukkan tempat persembunyian TRI dan Pasukan Sabilillah.
Untuk memudahkan pengejaran, Pasukan Belanda mendirikan pos militer di Desa Bantan Tua.
Pos militer tersebut didirikan di lokasi yang saat ini lebih dikenal sebagai Simpang Mama.
Simpang Mama adalah pertigaan jalan menuju Desa Jangkang/Deluk dan Selatbaru/Resam Lapis dari arah Senggoro/ibu kota Kabupaten Bengkalis.
Sewaktu melakukan pengejaran terhadap TRI dan Pasukan Sabilillah di Desa Bantan Tua, ketika melewati sebuah jembatan (di dekat PMNH), Pasukan Belanda mendapati seorang penduduk Pasiran (kala itu masih menjadi bagian Desa Bantan Tua). Namanya Rajimun.