Plang nama jalan dengan corak rupa hijau dan tulisan Arab Melayu di bawahnya itu, tak lagi di posisi semula.
Plang bertiang setinggi sekitar 1,5 meter yang mulai berkarat tersebut, hanya menempel di bibir dinding parit beton.
Tersebab tak lagi di tempat sedia kala dan cuma melekat di dinding selokan, bila dipegang sedikit saja, terasa sekali dudukannya tak lagi kokoh.
Tak hanya itu, fungsinya sebagai pemberi informasi bagi jalan ke arah Pondok Modern Nurul Hidayah (PMNH) di Desa Pasiran, Kecamatan Bantan itu sudah "hilang".
Kini plang nama jalan itu "berubah arah", seakan menjadi papan data untuk Jalan H. Lebay Wahid.
Jalan H. Lebay Wahid merupakan jalan utama di Desa Bantan Tua. Untuk menuju Pondok Modern Nurul Hidayah, baik dari arah Bengkalis maupun Simpang Mama, mesti lewat jalan ini.
Rajimun. Itulah nama yang tertulis dengan huruf kapital warna putih di plang nama jalan yang paling singkat untuk menuju PMNH, lembaga pendidikan Islam yang didirikan 1 Januari 1989 tersebut.
Siapa pun yang baru sekali membaca nama di plang itu, hal pertama yang mungkin dan sangat cepat melintas dalam pikirannya, pemiliknya sebutan tersebut, pasti keturunan Jawa. Indikasi untuk itu memang kuat.
Kedua dan lumrah atau lazimnya memang demikian, akan terpikir jika yang empunya nama tersebut sudah tiada. Sudah berpulang menghadap Sang Khaliq, Tuhan Yang Maha Esa.
Di luar kedua kemungkinan itu, masih banyak asumsi atau landasan berpikir yang dianggap benar yang dapat berkait berkelindan mengapa jalan tersebut dinamai Jalan Rajimun. Misalnya, ia warga tempatan (tokoh masyarakat setempat), orang yang mewakafkan tanah untuk jalan itu, dan sebagainya.
Rajimun tak hanya sebuah nama dengan empat huruf konsonan dan tiga huruf vokal. Ia memiliki hubungan erat dengan sejarah perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.