Setelah beberapa bulan bertugas di Kab. Bengkalis, Bang Em memanggil sejumlah tokoh pemuda, khususnya yang tergabung dalam DPD KNPI Kab. Bengkalis.
Selain urun pendapat dan minta masukan, kepada para tokoh pemuda tersebut, ia juga mohon bantuan dapat dibuatkan konsep pembangunan sebagaimana Gerbangsari (Gerakan Pembangunan Desa Mandiri) di Inhu. Tentu harus sesuai dengan karakteristik wilayah Kab. Bengkalis sebagai daerah pesisir.
Dikoordinir H. Riza Pahlefi sebagai seorang petinggi di DPD KNPI Kab. Bengkalis waktu itu, para tokoh pemuda dimaksud memenuhi keinginan Bang Em.
Sesuai nota kesepahamannya, rancangan itu nantinya akan bahas bersamaan dengan seminar untuk penetapan hari jadi Bengkalis. Adapun tema seminar dimaksud (sesuai kesepakatan) adalah, "Bengkalis Masa Lalu, Masa Kini dan Masa Depan".
Tokoh pemuda yang ikut bersama Riza Pahlefi menyusunnya, di antaranya H. Ahmad Hijazi (mantan Sekretaris Daerah Riau), Emri Juliharnis (Kepala Bappedalitbang Provinsi Riau), Syamsu Rizal alias Opang (Alm.) dan H. Fahrullazi (wartawan Harian Riau Pos).
Konsep itu disusun di kediaman (rumah sewa) Oji, begitu panggilan Fahrullazi. Di Jalan Antara, Gg. Mekar. Di samping kantor ULP PT PLN. Rumah pertama sebelah kiri arah masuk Gg. Mekar.
Intinya, Gema Bahari adalah gerakan pembangunan yang berbasis desa sebagai fokus dan lokusnya dengan peran aktif ada pada masyarakat. Termasuk warga asal Kab. Bengkalis di perantauan. Menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergisme.
Gema diambil dari kata 'gema' yang maknanya 'gaung'. Maksudnya, melalui gerakan pembangunan ini, Kab. Bengkalis semakin dikenal sebagaimana Inhu yang mendapat banyak penghargaan dari pemerintah pusat melalui Gerbangsari. Misalnya, melalui Gerakan Sejuta Sungkai.
Saat Gerbangsari menjadi pola dan kebijakan pembangunan di Inhu, kabupaten yang terkenal dengan Danau Raja dan bunga seroja ini, dipimpin Ruchiyat Saefudin sebagai bupati (13 Juni 1989 s.d. 13 Juni 1999).
Sedangkan 'Bahari' sebagai 'potret' wilayah Kab. Bengkalis sebagai daerah pesisir.