Ternyata ia mendekati kobaran api yang sudah disiapkan tadi. Lalu dan tanpa diduga ia mengambil sabut yang terbakar dengan kedua tangannya dan melemparkannya udara. Akibatnya bunga api bertebaran ke mana-mana.
Atau, menepuk-nepuknya ke tangan dan bagian tubuh lainnya. Seharusnya hal ini tentu sangat menyakitkan bila terkena kulit.
Namun tidak demikian dengan penari Zapin Api. Mereka layaknya tengah mengambil air di sungai lalu disiramkan ke tubuhnya seperti orang yang mandi, tanpa kepanasan atau luka sedikit pun.
Tak lama berselang, penari yang sudah bercengkerama dengan api ini memanggil teman-temannya yang lain.
Salah satu di antara mereka kemudian melebur ke dalam api, laksana orang yang mencebur ke dalam sungai. Tentu tanpa sakit atau terluka kepanasan sedikit pun.
Meskipun terkesan sederhana, namun adanya banyak aturan dalam pergelaran Tari Zapin Api.
Selama pertunjukkan musik harus terus mengalun. Gunanya untuk mempertahankan para penari agar tetap dalam kondisi tak sadarkan diri.
Sebab, jika alunan musik berhenti, maka para penari akan kembali sadar. Â Bila ini terjadi, walau ada yang kembali menyalakan api, namun pertunjukkan tak bisa dilanjutkan lagi.
Usai pertunjukkan dan setelah sadar kembali, seluruh penari terkulai lemas tanpa tenaga.
Ayo ke Riau!
Ayo ke Kabu. Bengkalis!