Sementara di tengah lapangan, sudah disiapkan sabut kelapa yang dibakar untuk pertunjukkan.
Pertunjukkan Tari Zapin Api dipimpin seorang khalifah 'pemimpin atraksi' (eksistensinya kurang lebih seperti pawang). Sang khalifah kemudian membacakan doa-doa untuk keselamatan para penari.
Selama pertunjukkan berlangsung seluruh penonton diinstruksikan tidak menghidupkan api dalam bentuk apa pun. Termasuk menyalakan rokok atau macis. Jika dilanggar, maka bersiaplah dikejar oleh salah seorang penarinya.
Tari Zapin Api diiringi musik yang berasal dari petikan dawai gambus, gendang dan marwas. Musik ini seakan menjadi mantra pemanggil arwah.
Suasana semakin menjadi mencekam sang khalifah mengeraskan hafalan doa-doa.
Sementara itu, sejumlah penari yang sudah bersiap di hadapan dupa dengan posisi bersila atau duduk dengan melipat kaki yang bersilangan, kemudian mengitari piring kemenyan. Mereka melakukan gerakan layaknya orang membasuh tubuh.
Kedua tangan mereka meraih asap kemenyan dan menyapukannya ke seluruh tubuh. Seakan ingin menelan asap kemenyan, paran penari ini mendekatkan wajah mereka ke piring berisi dupa tersebut.
Di tengah lapangan, api dari unggunan sabuk kepala kering yang dibakar sudah berkobar.
Tanpa komando salah seorang penari tersebut kemudian berdiri, bergerak perlahan mengikuti alunan gendang. Pada tahap ini mereka sudah terlihat kerasukan.
Apa yang terjadi selanjutnya?