Sesuai referensi yang pernah kami baca, itulah sifat-sifat dari orang-orang penyuka warna cokelat.
Atau, bisa juga terinspirasi dari apa yang dikemukakan penulis dari Amerika Serikat, Linda Grayson, "There is nothing better than a friend, unless it is a friend with chocolate."
Arti quote 'kutipan' tersebut bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia, "Tidak ada yang lebih baik daripada seorang teman, kecuali berteman dengan cokelat."
Tinggalkan cerita tentang cokelat. Kita kembali ke laptop. Balik ke agenda.
Dulu, ketika "punya pasukan", teman-teman di sana paham betul konsekuensi bila mengikuti rapat tak membawa agenda atau hanya membawa kertas selembar. 100 persen bakal kami suruh "go out, please!".
Namanya juga rapat, tentu ada yang dibicarakan. Dalam pembahasan itu, pasti ada inti sari yang perlu dicatat. Seberapa pun besarnya "internal hard disk" otak kita, tak mungkin bisa mengingat semua yang dibicarakan dalam majelis tersebut.
Percayalah, bila suatu saat diperlukan, catatan itu dapat membantu menyegarkan ingatan kita. Akan menuntun kita dalam menelusuri waktu yang telah berlalu.
Mencatat sama dengan menulis. Menulis berarti mengikat ilmu. Semakin banyak yang dicatat, semakin besar ilmu yang bisa diikat, kita miliki. Itu salah satu alasan mengapa mereka diwajibkan membawa agenda di setiap rapat.
"Dalil sahih" terkait kewajiban itu, bukan pendapat kami. Dikutip dari apa yang dikemukakan pemeluk Islam pertama yang juga keluarga dari Nabi Muhammad saw., Ali bin Abi Thalib (599-661), "Ikatlah ilmu dengan menulis."
Kemudian, kami ingin agar mereka menjadikan menulis sebagai kebutuhan. Menjadi budaya. Meminjam judul lagu Hari Moekti, meskipun yang ditulis, "Hanya Satu Kata".