Mohon tunggu...
Johansen Silalahi
Johansen Silalahi Mohon Tunggu... Penulis - PEH

Saya adalah seorang masyarakat biasa yang menyukai problem-problem sosial, politik, lingkungan, kehutanan. Semoga bisa berbuat kebajikan kepada siapapun. Horas

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kisah Pacaran LDR Tahun 2000an

3 April 2023   11:44 Diperbarui: 4 April 2023   09:53 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Format surat kepada si Doi saat itu saya banyak diskusi dengan teman saya (tentunya yang sama dengan saya atau LDR), saat itu, saya menggunakan format pengantar, isi dan beberapa kata yang sifatnya merayu. 

Awal dari surat biasanya saya menggunakan pantun dan beberapa pengantar yang saya kutip dari ayat Alkitab. hehehhee. Pantun yang cukup populer sebagai pembuka surat adalah " Bandung Dulu Baru Jakarta, Senyum Dulu Baru Baca", mungkin saat itu, pantun ini cukup disenangi karena mengandung makna pembuka dimana pesannya si Doi membaca surat ini dengan senyum. 

Setelah itu biasanya kita tuliskan curahan hati kita mulai dari situasi perkuliahaan, permasalahan yang kita hadapi, kondisi keluarga dan lain-lain. Bisa dibayangkan saya masih ingat, sekitar 4 (empat) halaman saya tuliskan demi si Doi melebihi soal ujian dari Dosen kita. 

Setelah kita selesai menuliskan isi hati kita melalui surat, saatnya kita mengirimkan ke kantor pos. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk diterima si Doi adalah sekitar 1 minggu. Waktu menunggu dan mengirim surat merupakan suatu cerita yang cukup menarik untuk dituliskan karena ada nilai pembelajaran hidup disitu seperti pelajaran sabar, pengorbanan dan lain-lain.

Kisah pacaran LDR (Long Distance Relationship) di tahun 2000an tentunya menimbulkan banyak kisah yang cukup menarik untuk diingat kembali karena banyak nilai-nilai yang kita pelajari saat itu. Keterbatasan tidak menjadi penghalang bagi sepasang mahasiswa/i untuk menjalin hubungan (pacaran) atau LDR. 

Komunikasi yang cukup efektif saat itu adalah menggunakan surat menyurat dan penggunaaan jasa warung telepon. Semoga tulisan ini dapat menginspirasi atau membangkitkan kenangan bahagia yang pernah dirasakan oleh kita semua untuk lebih menyanyangi apa yang kita punya saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun