Mohon tunggu...
Johansen Silalahi
Johansen Silalahi Mohon Tunggu... Penulis - PEH

Saya adalah seorang masyarakat biasa yang menyukai problem-problem sosial, politik, lingkungan, kehutanan. Semoga bisa berbuat kebajikan kepada siapapun. Horas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Romantisme Cinta Era Tahun 2000an

11 September 2020   10:17 Diperbarui: 11 September 2020   20:31 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukti Surat Cinta Saat itu. (Sumber foto: Dokumen Pribadi)

Bagaimanakah pasangan muda-mudi yang mengungkapkan isi hatinya di tanah perantauan? Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengungkapkan isi hati para pemuda-pemudi yang menjalin hubungan jarak jauh seperti saya (Yogyakarta-Medan) minimal seperti menanyakan kabar karena kondisi saat itu tidak memiliki gawai. 

Cara pertama adalah menelpon dengan memakai wartel (warung telepon), cara ini sangat ampuh dilakukan jika pasangan kita memiliki gawai atau nomor telepon rumah.

Saya melakukan ini karena kebetulan pacar saya saat itu memiliki keduanya (gawai dan telepon rumah) sehingga komunikasi saat itu dapat berjalan dengan lancar tapi berat di biaya. Kendalanya adalah masalah biaya atau cost yang cukup mahal saat itu karena lokasi yang dipisahkan pulau (Pulau Sumatera dan Jawa). 

Dapat kita bayangkan saat itu biaya untuk nelpon dari Yogyakarta ke Medan bisa sepuluh kali makan di Yogyakarta, perkiraannya di Yogyakarta tahun 2003an sekali makan dengan menu sederhana masih Rp.2.000, sementara jika menelpon pacar yang di Medan, pembayaran di wartel (warung telepon) dapat mencapai Rp.20.000,-.

Dapat dibayangkan pengorbanan saat itu, sangat berharganya pengorbanan untuk sekedar menanyakan kabar atau hal-hal lain yang menurut kita saat itu sangat berharga. 

Terkadang karena keuangan menipis, hanya menanyakan kabar saya sudah cukup (menghindari pembayaran yang tinggi di wartel). Karena saat itu saya masih ingat, uang bulanan saya dari orang tua hanya berkisar Rp.300.000 per bulan untuk menempuh pendidikan di Kota Yogyakarta.

Cara lain yang paling sering saya lakukan adalah melakukan surat menyurat (surat cinta adalah istilah kerennya saat itu). 

Cara ini menurut saya sangat baik, efektif dan efisien karena banyak yang bisa diceritakan dan sangat menjangkau kantong mahasiswa saat itu. Surat cinta saat itu sangat banyak diminati terutama di era tahun 2003-an ke bawah.

Banyak tipe-tipe surat cinta dijual di pasaran, dari segi corak atau warna maupun gambar sangat bervariasi dijual. Biasaya semakin bagus kualitas surat cinta tersebut, harganya juga akan menyesuaikan kualitasnya. 

Saya masih ingat saat itu jika kita membeli surat cinta, dapat dipakai untuk proses surat menyurat sebanyak 3 kali pemakaian tergantung kita juga. 

Pengorbanan menulis surat cinta kepada pasangan kita saat itu sangat butuh pengorbanan menurut saya seperti pemilihan corak surat cinta yang kita inginkan, tulisan yang baik (layak baca), isi surat yang cukup membuat pening karena seperti menuliskan curaan hati dan lain-lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun